Pembentukan Poros Tengah tak relevan

Bisnis.com,27 Des 2010, 12:59 WIB
Penulis: News Editor

JAKARTA: Pembentukan Poros Tengah dalam konstelasi politik politik saat ini dinilai tidak relevan karena selain bertujuan untuk kepentingan jangka pendek, wacana tersebut lebih berorientasi pada kekuasaan semata.Ketua DPP Partai Hanura Akbar Faizal mengatakan Poros Tengah tidak lebih dari bagi-bagi kekuasaan, sementara kepentingan masyarakat terabaikan. Koalisi partai haruslah berorientasi jangka panjang sehingga bisa melahirkan demokrasi yang sehat dengan parpol yang kuat. "Sebagai wacana, Poros Tengah boleh saja dibicarakan, namun yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah kehidupan demokrasi yang sehat dan partai politik yang kuat," ujar Akbar.Dia menanggapi pernyataan Wakil Ketua Majelis Pakar DPP PPP Lukman Hakiem yang menyebutkan hanya poros tengah yang bisa memecahkan kebuntuan politik yang nyaris tidak berujung saat ini. Menurut Akbar, kehidupan partai politik yang kuat seharus dibentuk dengan koalisi yang permanen sebelum Pemilu dilangsungkan. Dengan demikian masyarakat bisa mengetahui jauh-jauh hari program-program yang ditawarkan.Sebelumnya Lukman mengatakan dalam kondisi politik saat ini, Poros Tengah akan sangat membantu untuk menyeimbangkan situasi politik. Sebab, konstruksi koalisi pemerintahan yang terlalu gemuk saat ini, membuat persekutuan itu menjadi tidak sehat untuk iklim demokrasi yang bercorak Indonesia."Bisa menimbulkan kolesterol politik dengan segala komplikasinya bagi demokrasi Indonesia," ungkap Lukman.Poros tengah akan cukup kuat, katanya, apabila PKS, PPP, dan PAN bersekutu. Kekuatan tiga partai tersebut akan menjadi pemecah kebuntuan dan monopoli politik yang mendera Indonesia saat ini.Ide pembentukan Poros Tengah pertama kali dimunculkan Wasekjen PKS Mahfudz Siddiq yang kecewa dengan situasi tidak sehat di Setgab Koalisi. Dia menilai Setgab hanya menjadi alat kepentingan Partai Demokrat dan Golkar. (tw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nadya Kurnia
Terkini