JAKARTA: Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 6,5% pada rapat dewan gubernur besok. Pasalnya kenaikan indeks inflasi lebih disebabkan oleh ketersediakan bahan pangan.
Ekonom Senior Mirza Adityaswara mengatakan dengan melihat indeks core inflasi yang masih di level 5% masih memingkinkan bank sentral untuk mempertahankan BI Rate di level 6,5% hingga kuartal I/2011."Core inflasi 4,28% memang masih di bawah 5%, tetapi total inflasi 6,96% sudah di atas target BI. Jika core inflasi tren-nya naik ke 5% dan total inflasi tetap diatas 6,5%, maka BI rate perlu dinaikkan, mungkin lihat situasi setelah kuartal I, ujarnya kepada Bisnis, hari ini.Menurut dia, kenaikan giro wajib minimum (GWM) rupiah dan valuta asing tak cukup ampuh untuk meredam inflasi dalam jangka panjang.Namun, sambungnya, kebijakan itu semacam sinyal bahwa bank sentral tengah melakukan pengetatan moneter karena akan menyerap likuditas sekitar Rp60 triliun dari GWM rupiah dan US$2,5 miliar GWM valas."Jika inflasi yang didorong oleh sisi permintaan masih terus menguat maka BI rate akhirnya perlu naik. China juga melakukan kenaikan GWM beberapa kali sebelum suku bunga dinaikkan," paparnya.Hal senada disampaikan oleh Ekonom Indef Aviliani. Menurut dia, kebijakan menaikkan BI Rate saat ini tidak tepat, pasalnya kenaikan angka inflasi berasal dari sektor riil, bukan sisi moneterBI tidak bisa mengendalikan inflasi, karena ini bukan uang beredar yang naik. Jadi mungkin suku bunga tidak perlu naik, berbagai negara menskipun menaikkan, jelasnya.Kebijakan GWM yang ditempuh, lanjutnya, memang mengarah kepada penarikan uang beredar. Namun, dia menekankan inflasi saat ini bukan karena faktor uang beredar.Karena ini [infalsi] bukan ung beredar, karena lain. Kecuali konsumi naik uang beredar perlu dikurangi, tegasnya.(yn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel