Permintaan jagung China naik

Bisnis.com,29 Apr 2011, 08:42 WIB
Penulis: News Editor

BEIJING: Permintaan jagung dari China akan tumbuh lebih cepat dari pasokan dalam 10 tahun ke depan menyusul peningkatan produksi pakan ternak dan biokimia. Direktur China National Grain & Oils Information Center Shang Qiangmin, seperti dikutip Grain News, mengatakan pertumbuhan penggunaan industri dalam beberapa tahun terakhir telah melampaui yang dibayangkan. "Untuk tahun ini hingga 30 September, volume jagung yang digunakan untuk produksi pati dan produk biokimia lainnya akan meningkat sebesar 5 juta metrik ton dari tahun lalu menjadi 50 juta ton," kata Shang. "China tidak bisa menutup kekurangan jagung melalui impor karena harga dunia lebih tinggi dan jumlahnya terbatas, sehingga harus menghambat permintaan," kata koran Grain News, mengutip Shang.Sementara itu harga jagung naik di Chicago sebab hujan di Midwest, daerah penanaman terbesar AS, membuat petani menunda menanam, sementara suhu dingin bisa merusak tanaman yang sudah ditanam.Di Eropa, menurut Telvent DTN Inc., diperkirakan hujan di daerah terkering Jerman barat, utara Perancis dan Inggris mungkin tidak akan cukup untuk mengakhiri kekhawatiran panenan di daerah di mana gandum-musim dingin, jagung dan lobak ditanam."Ada pola cuaca yang perlu diawasi pada saat ini, dan ada kekeringan di Uni Eropa, kata Jonathan Bouchet, seorang analis di broker OTCex Group di Jenewa. "Jagung masih akan mempengaruhi gandum." Jagung untuk pengiriman Juli, naik 3,5 sen atau 0,5% menjadi US$7,6275 per bushel pukul 13:14 London pada Chicago Board of Trade kemarin. Kontrak naik paling dalam tiga minggu pada tanggal 25 April.Reli harga jagung "merupakan kelanjutan dari kekhawatiran tentang cuaca dan kemampuan untuk mendapatkan jagung yang ditanam pada waktu yang tepat," kata Michael Pitts, direktur penjualan komoditas pada National Australia Bank Ltd, melalui telepon dari Sydney pada Bloomberg. "Ini benar-benar terkait laporan cuaca AS dan laporan cuaca Eropa." (23/bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Puput Jumantirawan
Terkini