Asia kehilangan US$77 miliar karena kesenjangan gender

Bisnis.com,01 Mei 2011, 07:21 WIB
Penulis: Yusuf Waluyo Jati

JAKARTA: Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mencatat Asia berpotensi kehilangan potensi ekonomi senilai US$77 miliar akibat kesenjangan gender.

Dalam laporan bertajuk Perempuan dan Tenaga Kerja Pasar di Asia: Menyeimbangkan Kesetaraan Jender disebutkan Asia membantu untuk memimpin ekonomi global namun pemulihan pasar tenaga kerja dari krisis ekonomi dan keuangan belum sejalan.Pada beberapa negara berkembang, khususnya di Asia Timur, 45% potensi produktif perempuan belum dimanfaatkan dibandingkan dengan hanya 19% untuk laki-laki Asia.Bahkan sebelum krisis, Asia diperkirakan akan kehilangan US$42 miliar hingga US$47 miliar setahun karena terbatasnya akses perempuan terhadap peluang kerja dan US$16 miliar hingga US$30 miliar per tahun sebagai akibat ketidaksetaraan genderMenurut perkiraan Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik, meskipun pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 6,2% pada 2000-2007 jauh melampaui rata-rata global 4,2%, pertumbuhan rata-rata kerja perempuan hanya 1,7%, di bawah rata-rata dunia yang mencapai 2%.Defisit ini cenderung meningkat selama krisis, kata laporan itu, karena wanita proporsional memanggul dampak akibat ketidaksetaraan gender yang sudah ada. Diskriminasi di pasar tenaga kerja di wilayah ini terutama terjadi akibat norma sosial budaya dan kebijakan nasional dan kerangka kelembagaan yang membentuk lapangan kerja dari 734.000.000 perempuan pekerja Asia."Saat ini terdapat kesempatan untuk mengatasi ketidaksetaraan gender yang sistematis serta gejala dilemparkan oleh krisis, dan mencapai pemulihan pasar tenaga kerja secara penuh dengan menghapus diskriminasi gender, tulis laporan itu.Menurut Ursula Schaefer-Preuss, Wakil Presiden Manajemen Pengetahuan dan Pembangunan Berkelanjutan ADB laporan ini bisa menjadi dasar bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pekerjaan pilihan bagi perempuan.Laporan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan di Asia bekerja lebih keras dalam rentang kerja lebih panjang, dibayar rendah dan informal. Selain itu, pengangguran kaum muda perempuan tinggi dan perempuan sebagian besar masih dianggap sebagai penyangga tenaga kerja bagi kaum pria.Menurut Sachiko Yamamoto, Direktur Regional ILO untuk Asia dan Pasifik, Asia menghadapi tantangan baik lama dan baru dan memerlukan langkah yang baru jika ingin menuai manfaat social dan ekonomi dari kesetaraan gender.Tanpa langkah konkret dan berkelanjutan biaya sosial dan ekonomi yang hilang akan dirasakan selama beberapa dekade, ujarnya. (msw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mursito
Terkini