Pembeli aluminium Jepang naikkan premi impor

Bisnis.com,08 Jun 2011, 09:24 WIB
Penulis: News Editor

LONDON: Pembeli aluminium di Jepang, pengimpor terbesar di Asia, setuju untuk menaikkan premi sebesar 6% yang dibebankan oleh pemasok ke level tertinggi dalam 1 tahun seiring upaya negara itu membangun kembali pascagempa.Tiga eksekutif yang terlibat dalam negosiasi mengatakan mereka sepakat premi untuk 3 bulan yang berakhir 30 September telah ditetapkan pada US$120 per metrik ton atas harga tunai di London Metal Exchange (LME), dibandingkan dengan US$113 pada kuartal ini. Ketiganya menolak disebut namanya.Menurut peneliti CRU yang berbasis di London biaya ini meningkat setelah premi yang dibayarkan oleh pembeli di Amerika Utara naik mencapai rekor, sehingga wajar jika produsen mengalihkan logam ke Asia. Premi di AS melonjak ke rekor baru pada bulan lalu di 9 sen per pon (US$198 per ton), didorong oleh keterlambatan dalam menggerakkan stok keluar dari gudang dan penaikan premi di Eropa.Kenaikan premi dapat meningkatkan biaya produksi untuk pabrik perakitan seperti Furukawa-Sky Aluminum Corp dan Sumitomo Light Metal Industries Ltd., dua pabrik Jepang terbesar."Pengaruh negatif dari bencana atas permintaan aluminium mulai memudar," kata Tomomichi Akuta, penelitian analis di Mitsubishi UFJ Research & Consulting Co di Tokyo. Dia menambahkan konsumsi di Jepang kemungkinan akan pulih bulan ini.Persediaan logam yang dipantau oleh LME melonjak menjadi 4,7 juta ton pada bulan Mei, sekitar seperempat dari yang disimpan di Detroit, kota AS yang terkait dengan industri otomotif.Toyota Motor Corp., produsen mobil terbesar di dunia, juga saingannya Honda Motor Co dan Nissan Motor Co., sedang bekerja untuk mengembalikan operasi penuh setelah gempa dan tsunami 11 Maret yang merusak pabrik dan memangkas pasokan suku cadang.Sebuah survei yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan menunjukkan produsen Jepang merencanakan untuk meningkatkan produksi 8% pada Mei dan 7,7% pada Juni setelah penurunan pada Maret. Hal itu menandakan pemulihan ekonomi hingga akhir tahun ini. Perdana Menteri Naoto Kan sedang mempertimbangkan anggaran tambahan kedua untuk rekonstruksi setelah parlemen menyetujui paket 4 triliun yen (US$49 milyar) pada Mei."Jepang masih lemah sehingga tidak akan menyerap logam," kata Marco Georgiou, kepala penelitian aluminium pada CRU, dalam surat elektronik kepada Bloomberg kemarin. (23/faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Dara Aziliya
Terkini