BI waspadai pertumbuhan kredit kendaraan bermotor

Bisnis.com,22 Sep 2011, 19:40 WIB
Penulis: M. Munir Haikal

 

JAKARTA: Bank Indonesia mulai mengetatkan pengawasan menyusul pertumbuhan kredit kendaraan bermotor yang sudah di atas 30%.
 
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Bidang Kebijakan Stabilitas dan Pengaturan Muliaman Darmansyah Hadad mengungkapkan secara keseluruhan pertumbuhan kredit konsumer masih terbilang sehat, tetapi Bank Sentral perlu memberi perhatian lebih terhadap beberapa sektor.
 
"Pertumbuhan lending consumer lebih kecil dibandingkan tahun lalu, tetapi ada beberapa subsektor yang mendapat perhatian kami karena pertumbuhannya sudah di atas 30%, seperti kredit kendaraan roda 4," ujarnya, hari ini.
 
Meski demikian dia menegaskan secara keseluruhan penyaluran kredit konsumsi saat ini masih dalam batas normal, bahkan lebih rendah dibandingkan kredit modal kerja, ataupun pertumbuhan kredit konsumer pada tahun sebelumnya.
 
Data Bank Indonesia menunjukan Kredit modal kerja (KMK) sepanjang Januari 2011-Juli 2011 tumbuh 25,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara kredit investasi (KI) tumbuh 21,9% (yoy). 
 
Adapun, kredit konsumsi tumbuh 21,9%, lebih lambat dibandingkan pertumbuhan periode yang sama pada tahun sebelumnya 23,2%.
 
Industri perbankan membukukan kredit Rp 1.973,59 triliun per Juli, tumbuh 23,51% dibandingkan Juli 2010. Dari total kredit tersebut KMK Rp950,04 triliun, KI Rp413,45 triliun dan KK Rp610,11 triliun.
 
Muliaman mengaku saat ini Bank Sentral belum berencana mengatur, tetapi dia tidak menampik pembatasan uang muka kredit kendaraan bermotor dapat menjadi pertimbangan untuk menahan laju kredit kendaraan bermotor.
 
"Sejauh ini kredit konsumsi masih dalam koridor karena pertumbuhan masih lebih rendah dibanding tahun lalu," tegas Muliaman.
 
Dia juga mengungkapkan, BI lebih menyukai pertumbuhan kredit yang sehat dan terarah dari pada pertumbuhan yang begitu pesat. Oleh sebab itu Bank Sentral akan sangat ketat mengawasi manajemen risiko perbankan dalam menyalurkan kredit.  "Percuma kredit tinggi tetapi tidak sehat," tegasnya. (sut)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini