Kontrak beras Indonesia-Thailand belum terealisasi

Bisnis.com,26 Sep 2011, 22:03 WIB
Penulis: Hilman Hidayat

JAKARTA: Kendati sudah melakukan penandatanganan kontrak jual beli beras sebesar 300.000 ton dengan Thailand, hingga saat ini kontrak jual beli beras antara Indonesia dengan Thailand tersebut belum direalisasikan.Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso menegaskan Indonesia melalui Bulog telah menekan kontrak jual beli beras dengan Thailand melalui kesepakatan G to G.Namun, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Thailand dikabarkan telah membatalkan rencana penjualan beras ke Indonesia karena harga yang ditawarkan saat kesepakatan terjadi sangat rendah."Itu [pembatalan kontrak] baru kabar. Indonesia dengan Thailand sudah teken kontrak," tegas Sutarto kepada Bisnis ketika dikonfirmasi perihal pembatalan jual beli beras oleh Thailand, hari ini.Sutarto mengatakan pada saat kontrak jual beli beras diteken, Bulog telah melakukan negosiasi dengan Menteri Perdagangan dan Wakil Menteri Perdagangan Thailand. Tim Bulog, menurut dia, juga melibatkan pihak Kedutaan Besar Indonesia di Thailand.Bulog, lanjut Sutarto, justru tengah menunggu realisasi kontrak yang telah ditandatangi tersebut. Beberapa waktu lalu, menurut Sutarto, pihaknya telah mengkonfirmasi rencana realisasi kontrak tersebut. Namun hingga kini Thailand belum meresponnya.Dia menegaskan Bulog akan tetap berpegang pada kontrak yang telah diteken. Oleh karena itu, pihaknya akan tetap menunggu Thailand merealisasikan kontraknya. "Sudah dua atau tiga kali kami tanyakan tapi belum ada kabar. Saya masih menunggu mereka untuk merealisasikan," ungkap Sutarto.Dia menambahkan importasi beras yang dilakukan Bulog pasa dasarnya adalah tugas yang diberikan oleh pemerintah untuk menjaga stok beras nasional. "Banyak yang salah kira. Dipikirnya impor ini atas kehendak Bulog," ungkapnya.Sutarto menambahkan sampai saat ini, realisasi impor beras oleh Bulog baik yang sudah masuk ke Tanah Air maupun yang sedang dalam perjalanan sebesar 300.000 ton.Impor dari Thailand sebesar 300.000 ton semula diperkirakan masuk paling cepat pada September-Oktober. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Puput Jumantirawan
Terkini