Harga karet terdongkrak spekulasi pemulihan

Bisnis.com,30 Sep 2011, 17:09 WIB
Penulis: News Editor

TOKYO: Harga karet ditutup menguat di bursa Tokyo dipacu penurunan klaim pengangguran di AS yang lebih besar dari perkiraan dan Parlemen Jerman yang mendukung peningkatan dana penyelamatan kawasan euro. Kondisi ini meredam kekhawatiran atas kemungkinan gagal pemulihan global. Harga karet untuk pengiriman Maret naik 3,9% menjadi 313,3 yen per kg (US$4.087 per ton) sebelum menetap di 310,8 yen di Tokyo Commodity Exchange. Kontrak paling aktif itu telah turun 15% pada kuartal ini, memperpanjang kerugian kuartal kedua 15,6%. Daya tarik karet alam juga terdorong oleh peningkatan harga minyak mentah-bahan pembuat karet sintetis. Kekhawatiran akan melemahnya konsumsi karet juga mereda karena turunnya pengajuan tunjangan pengangguran di AS yang dapat mendorong penjualan mobil dan permintaan ban.   "Investor membeli kembali karet berjangka setelah berita positif dari AS dan Eropa. Pemulihan di pasar Shanghai juga memacu pembelian di bursa Tokyo," kata Kazuhiko Saito, analis pada broker Fujitomi Co di Tokyo. Di Shanghai, permintaan karet untuk pengiriman Januari naik untuk pertama kalia dalam tiga hari, pulih dari posisi terendah dalam satu tahun kemarin. Harga kontrak itu melaju 4,7% menjadi 27.880 yuan (US$4.366) per ton sebelum ditutup pada 27.775 yuan. Pasar akan tutup minggu depan karena liburan nasional. Adapun harga minyak mentah--bahan karet sintetis--naik di New York karena investor berspekulasi permintaan bahan bakar AS akan menanjak setelah sinyal bahwa ekonomi terbesar dunia itu tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Ekonomi AS tumbuh 1,3% pada kuartal kedua, dibandingkan dengan perkiraan rata-rata 1,2% dalam jejak pendapat Bloomberg. Sementara klaim pengangguran awal pekan lalu turun ke tingkat terendah sejak April dan penjualan rumah yang tertunda pada Agustus telah menurun kurang dari yang diharapkan. (Taufikul Basari/tw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nadya Kurnia
Terkini