BI: Inflasi November naik sekitar 0,4%

Bisnis.com,30 Nov 2011, 17:19 WIB
Penulis:

JAKARTA: Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi pada November akan meningkat dibandingkan Oktober sekitar 0,4% seiring dengan peningkatan belanja pemerintah. Hingga akhir tahun laju inflasi kumulatif hanya akan di kisaran 3,9%.“Biasanya inflasi November itu memang sedikit lebih tinggi dari Oktober. Beberapa angka (realisasi inflasi November) yang dulu (tahun-tahun sebelumnya) bisa 0,4%, tapi perkiraan survey kami terakhir bisa di bawah 0,4%. Di akhir tahun perhitungan kami terkini 3,9%,” ujar Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo usai rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR, hari ini.Salah satu penyumbangnya, kata Perry, aktivitas belanja pemerintah yang mulai meningkat pada November hingga akhir tahun. Sementara dari sisi pelemahan nilai tukar, dia melihat belum memberi tekanan signifikan terhadap inflasi atas barang-barang impor (imported inflation) selama November.“Kami belum melihat ada suatu respon dari pengusaha melakukan revisi-revisi harga karena nilai tukar. Tapi kalau pengaruhnya langsung kepada harga-harga yang langsung diimpor memang (ada). Seperti harga handphone, itu memang pasar selalu adjust secara (berkala),” katanya.Sepanjang November, ungkap Perry, nilai tukar Rupiah melemah 1,45% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp9.115 per dollar AS pada 28 November. Kendati demikian, secara rata-rata dalam 11 bulan terakhir Rupiah menguat 3,91%.Menurutnya, tekanan inflasi terus menurun seiring dengan penurunan harga komoditas global, pasokan yang memadai, dan membaiknya ekspektasi inflasi. Indeks harga konsumen (IHK)  pada Oktober mengalami deflasi sebesar 0,12% (month to month) atau 4,42% (year on year) karena didorong oleh deflasi kelompok inti dan harga pangan yang bergejolak.“Ke depan, tekanan inflasi di tahun 2012 diperkirakan masih terkendali dan berada dalam kisaran target 4,5% plus/minus 1%,” tuturnya.Namun, lanjut Perry, ada beberapa faktor risiko yang dapat melonjakan inflasi. Antara lain berasal dari rencana pembatasan BBM bersubsidi, serta gangguan cuaca yang menekan produksi makanan.“Mencermati masih tingginya risiko inflasi yang bersumber dari kelompok volatile food dan administered price, Bank Indonesia akan mengingkatkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah, kerjasama dengan Tim Pengendali Inflasi (TPI)  di itngkat pusat dan daerah,” katanya.Yuswandi Temanggung, Direktur Jenderal Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, menjelaskan sejauh ini sudah ada 64 TPID dari 66 kota yang diperhitungkan dalam inflasi nasional. Keberadaan TPID tersebut untuk menfasilitasi pemerintah daerah agar kerangka kerjanya lebih terarah dalam konteks pengendalian inflasi.Kepala Ekonom Danareksa Research Institute (DRI) Purbaya Yudhi Sadewa melalui rilisnya mengumumkan terjadi penguatan indeks kepercayaan konsumen (IKK) sebesar 2% menjadi 91,4, berdasarkan survey yangdilakukan lembaganya pada bulan ini.Melalui survei tersebut juga terungkap penurunan ekspektasi inflasi masyarakat, dari 67,1% pada Oktober menjadi 57,8% pada November.“Survei pada bulan November juga menunjukkan bahwa konsumen secara keseluruhan merasa yakin bahwa tekanan inflasi akan menurun dalam enam bulan mendatang. Indeks yang mengukur sentiment konsumen terhadap inflasi turun sebesar 1,5% dari 186,3 menjadi 183,6 pada bulan November,” jelasnya.Lebih rinci DRI menjelaskan sebanyak 86,5% konsumen yang disurvei meyakini harga barang akan meningkat dalam enam bulan mendatang. Sementara itu, sekitar 11,9% konsumen optimistis harga barang akan tetap sama dan 2,9% yakin harga barang akan turun. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Puput Jumantirawan
Terkini