GERAKAN DIPONEGORO: Kultur perlawanan anak muda

Bisnis.com,10 Mar 2012, 13:01 WIB
Penulis: Tusrisep

JAKARTA: Perang Jawa pada 1825-1830 yang digerakkan Pangeran Diponegoro dari Kesultanan Yogyakarta bukan sekadar kisah perang yang berakhir dengan kekalahan rakyat, sebaliknya justru menjadi kemenangan gerakan anak muda.Menurut budayawan Sardono W. Kusumo, gerakan Diponegoro yang mengilhami para pangeran adalah kultur perlawanan anak-anak muda. Salah seorang panglima Diponegoro adalah Sentot yang ketika memimpin perang baru berusia 17 tahun."Gerakan perlawanan selalu butuh semangat anak-anak muda. Ini kultur perlawanan yang memecah kebuntuan. Meski tokoh gerakan, Diponegoro gemar belajar. Dia pecinta sastra, ilmu pengetahuan, realistik dan pengagum keindahan ," ujarnya dalam diskusi buku Kuasa Ramalan'karya sejarahwan Peter Carey, Sabtu, 10 Maret 2012.Selain dosen berambut gondrong tersebut, hadir sejarahwan jebolan Leiden Prof Singgih sebagai pembahas, Peter Carey, Wardiman Djojonegoro seorang pengamat sejarah dan Prof Sudharto Hadi sebagai penanggap.Singgih dan Carey sepakat Diponegoro adalah simbol mulianya sebuah kekalahan karena secara fisik Diponegoro kalah, tetapi secara moral dan spiritual justru menjadi pemenang.'The Power of Prophecy' disusun Peter Carey berdasarkan Babad Jawa, arsip kolonial Belanda dan Inggris diterjemahkan ke bahasa Indonesia dalam tiga jilid bertajuk 'Kuasa Ramalan, Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855'.Buku ini bertutur tentang riwayat pahlawan nasional Diponegoro dengan latar belakang akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, ketika imperialisme baru Eropa melanda Nusantara. (tw) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nadya Kurnia
Terkini