BURSA KOMODITAS KAKAOBappebti harapkan Indonesia jadi acuan

Bisnis.com,14 Mei 2012, 17:51 WIB
Penulis: News Editor

 

MAKASSAR: Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti Kementerian Perdagangan berharap kedepan, Indonesia bisa menjadi acuan harga kakao di pasar dunia.
 
Kepala Biro Pasar Fisik & Jasa Bappebti Kementerian Perdagangan Ismadjaja Toengkagie mengatakan sebagai salah satu produsen dan eksportir utama komoditas kakao di dunia, Indonesia berpeluang menjadi negara acuan untuk penetapan harga di pasar dunia. 
 
"Namun kondisi yang ada sekarang, menunjukkan bahwa Indonesia belum sepenuhnya berperan dalam memberikan harga acuan yang diakui di pasar dunia, dimana harga acuan untuk komoditas kakao saat ini masih mengacu ke Bursa Nybot (New York Board of Trade) yang telah berdiri selama 129 tahun sebagai basis penetapan harga kakao dunia," ujarnya hari ini.
 
Dia berbicara itu di sela-sela peresmian serah terima fisik perdana kontrak berjangka kakao antara PT Core Indonesia selaku penjual, dan PT BT Cocoa Indonesia selaku pembeli yang difasilitasi Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange (JFX) dan PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) di Makassar hari ini  Senin 14 Mei 2012 .
 
Menurutnya, saat ini Indonesia merupakan produsen nomor tiga biji kakao di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi 600.000 ton per tahun. Dia menargetkan pada 2020, produksi kakao Indonesia diperkirakan akan mencapai 2 juta ton per tahun, yang akan menjadikan Indonesia sebagai produsen nomor satu kakao di dunia. 
 
Adapun dengan luas areal perkebunan kakao mencapai 1,6 juta hektare yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dimana 90% perkebunan kakao di Indonesia dimiliki oleh petani perorangan, dan sisanya dikelola oleh PTPN dan swasta, kakao adalah komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan karet.
 
"Pada 2010 devisa dari kakao mencapai US$1,6 miliar," ucapnya.
 
Dia mengatakan, adanya dua bursa berjangka di Indonesia akan memberi harapan positif bagi perkembangan transaksi perdagangan berjangka komoditas di negara ini.
 
Selama 2011, ungkapnya, volume transaksi mencapai 951.328 lot, yang berarti meningkat 718.531 lot atau 365% dari 232.797 lot yang tercatat pada 2010. Untuk transaksi di BBJ pada 2011, transaksi multilateral meningkat lima kali lipat dari 15.949 lot di 2010, menjadi 78.506 lot di 2011. 
 
Sementara itu, sampai akhir April 2012, transaksi multilateral yang terjadi mencapai 365.135 lot atau 14,36% dari total keseluruhan transaksi PBK, baik multilateral dan bilateral (SPA) sejak Januari sampai dengan April 2012 mencapai 2.542.050 lot.  Adapun kontrak-kontrak berjangka multilateral yang telah mendapat persetujuan Bappebti, dan telah diperdagangkan di JFX saat ini selain komoditas kakao adalah crude palm oil (CPO), Olein, Emas, dan turunannya.
 
Dia menambahkan, hal terpenting dalam perdagangan berjangka multilateral dalam rangka menjaga integritas pasar, dan kepercayaan masyarakat terhadap perdagangan berjangka adalah peran bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka untuk memfasilitasi transaksi perdagangan berjangka multilateral apabila terjadi penyerahan fisik.
 
"Penyerahan fisik merupakan salah satu mekanisme penyelesaian transaksi, atas kontrak berjangka selain mengambil posisi yang berlawanan (offsetting), penyelesaian tunai (cash settlement) dan tukar fisik berjangka," tegasnya. 
 
Pihaknya berharap, dengan adanya kontrak berjangka kakao yang difasilitasi oleh JFX dan Kliring Berjangka Indonesia, Indonesia akan menjadi barometer dalam perdagangan kakao dan menjadi harga acuan kakao dunia. (sut) 
 
 
 

 

 

BACA JUGA:

>>Jakarta Stocks Decline 1.48% In Today's Closing Session

>> TRAGEDI SUKHOI: Penyebar  Foto Palsu Terancam  Denda Rp12 Miliar!

>> Sinyal negatif di bursa Asia menguat 

>> BBJ Targetkan Kontrak Kakao Tembus 300.000 Ton

>> 5 Kanal TERPOPULER Bisnis.com

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini