INDUSTRI KERAMIK terpukul kenaikan harga gas

Bisnis.com,15 Mei 2012, 16:04 WIB
Penulis: News Editor

 

BANDUNG: Kenaikan 49% harga gas industri diprediksi bakal memukul industri di Jawa Barat. Perusahaan Gas Negara (PGN) dianggap tidak memberikan sosialisasi sebelum menaikan harga. 
 
Kepala Dinas Industri dan Perdagangan Jawa Barat Feryy Sofwan mengatakan kenaikan tersebut sangat berpengaruh pada industri besar dan kecil di Jabar. 
 
“Industri yang membuat keramik akan terpengaruh. Gas komponen yang sangat besar bisa berpengaruh pada biaya produksi sampai 10-15%,” katanya hari ini Selasa 15 Mei 2012. 
 
Dengan kenaikan ini, produsen keramik harus berhitung kembali biaya produksi. “Masyarakat saat ini sedang membutuhkan banyak keramik untuk perbaikan rumah dan sekolah. Keramik jadi bahan baku yang dibutuhkan pembangunan perumahan,” katanya.
 
Dalam konteks persaingan ekonomi, menurutnya, pemerintah harusnya memperhatikan serius persoalan kenaikan gas ini. “Kalau biaya produksi naik, sulit nanti bersaing dengan produk Cina,” katanya. 
 
Ferry mengkhawatirkan kenaikan biaya produksi yang naik akibat gas ini bisa membuat produk keramik Jabar kalah bersaing dengan keramik dari luar negeri seperti Cina. “Masyarakat akan lihat dari harga, mereka akan memilih produk [Cina] yang lebih murah,” katanya. 
 
Ia juga menyesalkan tidak adanya sosialisasi dari PGN pada daerah tentang kenaikan gas industri tersebut. “Hampir, selalu kalau ada kenaikan dari pemerintah pusat, kami tahunya dari media saja. Saya tidak tahu, apakah asosiasi pengusaha sebelum naik itu dipanggil dahulu,” katanya. 
 
Menurut Ferry, kenaikan ini bisa menjadi ancaman bagi industri Jabar di kwartal II karena ada kemungkinan meningkatnya biaya produksi. 
 
Sebelumnya, PT PGN per 1 Mei 2012 menaikkan harga jual gas ke pelanggan industri di Banten, Jabar, dan DKI Jakarta sebesar 49 persen dari sebelumnya 6,8 menjadi U$D 10,13 per juta british thermal unit (MMBTU).
 
Ketua Asosiasi Penguasaha Indonesia (Apindo) Jabar Dedi Wijaya mengatakan keluhan yang sama. “Kalau gas naik sebesar itu perusahan kami tidak akan mampu bersaing dengan barang-barang impor,” katanya kepada Bisnis hari ini.
 
Kenaikan gas, lanjut dia, akan berdampak fatal bagi sejumlah perusahaan maupun pemerintah. Jika beban produksi naik, dia tidak yakin produk yang dihasilkan akan laku di pasaran,  karena secara otomatis harga produk bakal terkerek. Selain itu, dampak yang akan terjadi manakala perusahaan menutup prosuksinya, maka akan terjadi pemutusan kerja bagi para karyawan.
 
“Jika terjadi PHK akibat tutupnya sejumlah perusahaan, maka pengangguran akan semakin banyak,” katanya. 
 
Apindo Jabar menilai pemerintah terkesan hanya ingin mencari untung tanpa memikirkan dampak yang bakal terjadi  bagi industri. Selanjutnya, sikap Apindo sendiri bakal melayangkan surat imbauan kepada pemerintah terkait kenaikan gas tersebut, agar kenaikan tidak terlalu besar. “Minimal pemerintah menaikan 10% lah, itu sudah cukup,” katanya.(sut)
 
 
 

 

BACA JUGA:

>>Asing Lepas Blue Chip, Indeks Melandai  4.013,27

>>Jakarta Composite Index Slips 1.02% To 4,013.27

>>REKAP MARKET: Inilah Risalah Berita Market

>> Duh! Konser Lady Gaga dilarang polisi

10 ARTIKEL PILIHAN REDAKSI HARI INI

5 KANAL TERPOPULER BISNIS.COM

10 ARTIKEL MOST VIEWED BISNIS.COM

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini