JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia meminta agar Permendag No.30/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura direvisi, menyusul keberatan mereka atas ketentuan yang melarang peritel mengimpor langsung produk hortikultura.
Wakil Ketua Aprindo Yudhi Komarudin mengatakan beleid itu perlu diubah agar memberikan ruang kepada peritel agar tetap dapat mengimpor langsung sayuran, buah-buahan dan produk turunannya untuk dijual langsung kepada konsumen.
“Kami ingin retailer tetap bisa mengimpor langsung karena merekalah yang tahu di mana barang-barang itu berada. Aturan ini perlu direvisi demi kepentingan semua,” katanya, hari ini.
Jika harus mendapatkan pasokan dari distributor, pihaknya juga khawatir tidak dapat lagi memberikan produk yang berkualitas dan segar karena terlalu lama dalam proses distribusi.
Regulasi yang berlaku efektif mulai 15 Juni itu pun dirasa tak tepat karena pada bulan itu, peritel justru harus menyetok sayuran dan buah-buahan segar dalam jumlah banyak untuk memenuhi lonjakan permintaan menjelang Ramadhan.
Seperti diketahui, pemerintah menerbitkan Permendag No 30/2012 tentang Ketentuan Impor Hortikultura yang hanya mengizinkan importir terdaftar (IT) memperdagangkan produk hortikultura yang diimpornya kepada distributor.
Importir terdaftar juga dilarang memperdagangkan produk hortikultura yang diimpornya kepada konsumen langsung atau pengecer (retailer).
Konsekuensinya, supermarket yang selama ini memegang angka importir umim (API-U) tidak dapat lagi mengimpor langsung buah dan sayuran, tetapi harus mendapatkan pasokan barang dari distributor.
Alasan lainnya, pemerintah selama ini mencurigai supermarket menjual barang yang tidak diterima di negara lain, sehingga bisa mematok harga murah.
“Tidak benar kalau kami dumping dengan menjual produk yang ditolak negara lain. Justru kami menjual produk yang segar, demi memenuhi kebutuhan konsumen,” tegas Ketua Aprindo Tutum Rahanta.
Head of Public Affairs Carrefour Indonesia Satria Hamid Ahmadi mengungkapkan pihaknya bisa saja memenuhi kebutuhan dari buah dan sayuran lokal, tetapi pasokan yang tidak kontinyu membuat pihaknya harus melakukan impor.
“Pasokan lokal selama ini terkendala cuaca ekstrem dan infrastruktur yang tidak memadai. Akibatnya, kualitas produk menjadi tidak terjamin. Tampilannya kurang menarik. Belum lagi kami harus menanggung kutipan jembatan timbang di tiap daerah,” ungkapnya. (sut)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel