BI: Dampak kenaikan LDR ke perekonomian masih rendah

Bisnis.com,19 Jun 2012, 19:57 WIB
Penulis: Diena Lestari

JAKARTA: Bank Indonesia mengungkapkan meski rasio LDR pada perbankan Indonesia terus meningkat, namun dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi masih relatif rendah.Mulya E. Siregar, Direktur Eksekutif Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, menuturkan pada tahun lalu nilai kredit perbankan mencapai Rp2.317 triliun sedangkan loan to deposit ratio mencapai 81,6% dengan non performing loan (NPL) mencapai 2,3%."Ini menggambarkan sektor perbankan sangat penting untuk menunjang perekonomian, karena 70%--80% aset ada di perbankan dan sektor keuangan," ujarnya dalam diskusi bertajuk 'Efektivitas Fiskal, Percepatan Infrastruktur, dan Intermediasi Perbankan', Selasa (19/06).Menurut Mulya, peningkatan LDR ini diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 25,7% pada 2011. Tingkat pertumbuhan kredit ini, termasuk cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain.Kredit investasi, lanjutnya, tumbuh cukup signifikan yakni 28,8% atau mencapai Rp110,3 triliun Diikuti kredit modal kerja yang tumbuh 27,7% dan kredit konsumsi 20,5%."Berdasarkan sektor, yang pertumbuhan kreditnya tinggi adalah listrik, air dan gas, pertambangan dan perdagangan. Year on year, sektor kelistikan tumbuh 83,9%," ujarnya.Kendati demikian, Mulya menilai rasio kredit terhadap Produk Domestik Bruto masih rendah. Padahal ini merupakan salah satu indikator financial deepening."Pada tahun 90'an, rasio kredit terhadap PDB 53,3%, turun menjadi 23,3% pada 2010, dan 29,1% pada 2011. Di Asean, kita lebih rendah dari Filipina yang mencapai 29,6% dan negara-negara lain yang sudah lebih dari 100%," tuturnya.Sebagai perbandingan, rasio kredit terhadap PDB di Malaysia mencapai 114%, Thailand 117%, dan Cina 131%.Untuk mendongkrak rasio kredit terhadap PDB, tambah Mulya, bank sentral melakukan beberapa upaya, a.l. dengan menerapkan batas maksimum pemberian kredit, aktiva tertimbang menurut risiko, GWM LDR, dan melaksanakan program financial inclusion."Rasionya masih rendah, jadi kecil sekali kontribusi kredit terhadap pertumbuhan ekonomi. Financial inclusion ini pilar pertama untuk meningkatkan akses pada jasa dan produk keuangan," ungkapnya. (04/Bsi)

 

 

ARTIKEL MENARIK LAINNYA >>>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Puput Jumantirawan
Terkini