JAKARTA: Meskipun pertumbuhan kredit selama Semester I/2012 melampaui rencana bisnis, namun sejumlah bank besar menolak untuk meningkatkan target pertumbuhan karena masih ada kekhawatiran terhadap ancaman krisis dari Uni Eropa.Salah satu bank yang tidak merevisi target penyaluran kredit dalam rencana bisnis bank (RBB) adalah PT Bank Central Asia Tbk, meskipun realisasi penyaluran pinjaman perseroan selama semester I jauh lebih tinggi dari targetBank swasta terbesar di Indonesia ini optimis menyalurkan kredit sebesar Rp215 triliun pada akhir Semester I/2012, atau meningkat 34,6% dibandingkan dengan setahun lalu Rp159,7 triliun.“Kami perkirakan sampai akhir Juni penyaluran kredit mencapai Rp215 triliun,” ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), hari ini Rabu (27/6).Hal tersebut melampaui dari target penyaluran yang ditetapkan perseroan pada Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun ini yang dipatok 20%—22%.Menurut Jahja perseroan tidak akan merevisi target pinjaman selama tahun ini, meskipun realisasi tengah tahun cukup tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi ancaman krisis yang mungkin menjalar ke Indonesia, akibat krisis utan Uni Eropa.“Kami tidak revisi RBB. Jadi target masih 20%--22%, karena kami belum mengetahui gejolak Eropa dampaknya seperti apa.” Hal serupa juga dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Bank terbesar di Indonesia tetap pada rencana semula yakni kredit ditargetkan meningkat 20—22%.“Target kredit tidak kami ubah, artinya penetapan target tidak terlalu tinggi. Kami sekarang targetkan kredit meningkat 20—22% dan industri 22--24%. “ ujar Achmad Baiquni, Direktur Keuangan BRIMenurut dia, pertumbuhan kredit perseroan masih difokuskan pada segmen mikro, konsumer dan pembiayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).“Sektor konsumtif di Indonesia kan menyumbang PDB [produk domestik bruto/PDB] paling besar. Selain itu pertumbuhan ekonomi juga masih baik," ujarnya.Sementara itu, penyaluran kredit pada segmen menengah sudah mulai meningkat, setelah sebelumnya sempat terhambat karena ada peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).“Total NPL kami masih di bawah 3%. Kami akan tetap hati-hati dalam penyaluran kredit,” ujarnya.Berbeda dengan kedua bank tersebut, PT Bank Mandiri telah menetapkan revisi target kredit menjadi 22%--24%, dibandingkan dengan sebelumnya 20%--22%.Peningkatan target kredit tersebut didasari atas kinerja Bank Mandiri selama triwulan I yang dapat mencapai pertumbuhan pembiayaan sebesar 29,9%, jauh di atas target awal yakni di kisaran 22%.“Kami ajukan revisi lebih tinggi. Jadi kami naikan dari awal 20%--22% menjadi 22%-24%. Disampin itu kami juga memasukan revisi penambahan ATM [anjungan tunai mandiri],” ujar Zulkifli Zaini, Direktur Utama Bank Mandiri.Bank Indonesia (BI) telah mengumumkan pertumbuhan kredit perbankan terus meningkat dan telah mencapai 28% pada awal Juni 2012, yang ditopang pada kredit investasi dan kredit modal kerja.Hal tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rencana bisnis bank yang menetapkan pertumbuhan di kisaran 24%.Pertumbuhan kredit yang tinggi diprediksi terjadi pada Mei dan awal Juni, karena hingga akhir April pertumbuhan pembiayaan masih di bawah 26%, yakni dari Rp1.853,14 triliun menjadi Rp2.334,21 triliun.Hingga April, data bank sentral menunjukan kondisi perbankan yang masih cukup sehat yang tercermin dengan kondisi likuiditas yang memadai dengan tingkat rasio intermediasi (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 81,17%. Sementara itu, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat 17,97%, jauh di atas ketentuan BI, yakni 8%.Sebelumnya Mulya Siregar, Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, menilai pertumbuhan kredit yang tergolong tinggi pada triwulan II juga dipengaruhi percepatan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB).Perbankan menggenjot KPR dan KKB pada triwulan II karena mulai pertengahan Juni, bank sentral mempeketat penyaluran kredit konsumer dengan menurunkan loan to value bagi kedua jenis kredit tersebut atau menaikan uang muka.“Sepertinya mereka memang mengejar pertumbuhan sebelum kebijakan LTV diberlakukan 15 Juni,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini, Jumat (22/6).Meski demikian, dia menilai pertumbuhan kredit tersebut masih tergolong sehat dan diprediksi akan melambat seiring implementasi kebijakan LTV pada KPR dan KKB.“Makanya kami berlakukan kebijakan LTV, karena kalau dibiarkan pertumbuhan kredit akan semakin kencang.” (Bsi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel