JAKARTA: Sejumlah bankir menilai kinerja industri perbankan syariah pada semester II akan melambat sehingga skenario pertumbuhan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sulit tercapai.Imam T. Saptono, Direktur Bisnis Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah) menilai tidak ada faktor signifikan yang dapat mendorong pertumbuhan kinerja semester II/2012 lebih tinggi dibandingkan dengan semeseter sebelumnya."Semester II akan lebih lambat dibandingkan dengan semester I, apalagi ada momentum lebaran yang biasanya penyaluran pembiayaan tidak terlalu tinggi," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (8/8).Hal serupa juga dikatakan oleh Hendiarto, Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat Indonesia. "Semester II agak slow down karena kami melihat makro ekonomi tidak begitu positif. Meski GDP [gross domestic product] tumbuh 6,4% namun dalam 3 bulan terakhir transaki perdagangan Indonesia terus defisit," ujarnya.Pada semester I, kinerja penyaluran pembiayaan industri perbankan syariah (tidak termasuk bank pembiayaan rakyat syariah) tumbuh 42,3% menjadi Rp117,59 triliun dibandinkgan dengan setahun lalu Rp82,62 triliun. Sementara untuk penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 37,06% menjadi Rp119,27 triliun.Kinerja pembiayaan tersebut masih di bawah skenario pesimis outlook perbankan syariah 2012 Bank Indonesia (BI). Dalam skenario pesimis, pembiayaan tumbuh 45% menjadi Rp148,99 triliun pada akhir tahun ini. Sementara itu, penghimpunan DPK telah melampaui pertumbuhan skenario pesimis, meskipun belum memenuhi proyeksi moderat.Dalam skenario pesimis, DPK meningkat 35,89% menjadi Rp156,84 triliun pada akhir 2012. Skenario pesimis merupakan proyeksi pertumbuhan terendah dari dua skenario lainnya, moderat dan optimis.Ketiga target pertumbuhan tersebut memperhitungkan beberapa skenario kondisi ekonomi makro dan mikro yang berbeda, seperti ancaman pelambatan ekonomi akibat ketidakpastian global, kualitas kompetisi industri syariah dengan konvensional hingga penambahan entitas bank syariah. Imam menilai pertumbuhan industri perbankan syariah pada tahun ini sulit mencapai outlook yang ditetapkan oleh BI, meskipun hanya skenario pesimis."Terus terang masih ada beberapa kendala dari perbankan syariah dalam beberapa tahun terkahir yang belum terselesaikan hingga saat ini. Pertama adalah jangkauan bank syariah yang masih rendah karena jaringan yang terbatas," ujarnya.Kedua, masih kurangnya ketersediaan sumber daya manusia untuk memenuhi ekspansi operasional bank syariah, Ketiga, rendahnya pengembangan produk baru selama tahun ini. "Bisa dikatakan selama tahun ini tidak ada pengembangan produk baru," ujarnya.Hal tersebut masih ditambah kendala pembatasan produk gadai emas (rahn) yang sempat menjadi andalan sejumlah bank dan penarikan dana haji oleh Kementerian Agama sehingga likuiditas industri sempat anjlok."Gadai emas tumbuh pesat selama tahun lalu, namun sulit berkembang selama tahun ini karena adanya pembatasan dari BI," ujarnya.Sementara itu, Hendiarto menilai pertumbuhan aset bank syariah hingga akhir tahun hanya pada level 15%, dengan mempertimbangkan kinerja pada semester I."Estimasi saya aset industri perbankan nasional tumbuh 4% dari periode Januari--Juni 2012 dan sepanjang tahun dikisaran 9%. Sementara itu bank syariah sepanjang tahun berada pada 15%," jelasnya.Pada skenario pesimis outlook perbankan syariah 2012, aset akan tumbuh 22% menjadi Rp177,8 triliun. Sementara itu, posisi aset 11 bank syariah dan 24 unit usaha syariah pada akhir Juni 2012 tercatat Rp155,41 triliun, tumbuh 41,6% dari setahun yang lalu.Edy Setiadi, Direktur Eksekutif Perbankan Syariah BI, belum bisa berkomentar mengenai proyeksi kinerja bank syariah pada semester II mendatang. Dia tidak membalas pesan singkat dari Bisnis. (faa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel