AKSI KORPORASI: 2013, Sampoerna Agro patok volume produksi naik 10%

Bisnis.com,26 Des 2012, 20:32 WIB
Penulis: News Editor

JAKARTA: PT Sampoerna Agro Tbk berniat meningkatkan volume produksi sebesar 10% pada 2013 untuk mengejar pertumbuhan kinerja keuangan yang sempat merosot pada tahun ini. Berdasarkan paparan publik perseroan, produksi tandan buah segar (TBS) per September 2012 hanya 1,13 juta ton atau lebih rendah 11% dibandingkan periode yang sama 2011. Tetapi meningkat 30% dibandingkan kuartal sebelumnnya. Sementara itu, volume produksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) tercatat 233.142 ton, menurun 14% dibandingkan September 2011, namun tumbuh 25% dibandingkan kuartal kedua 2012. Penurunan produksi terjadi akibat curah hujan yang minim dan menghambat pola pertumbuhan tanaman. “Untuk 2013 kami optimis volume produksi bisa meningkat 5%-10%, meski dari sisi penjualan perseroan tidak dapat memastikan karena fluktuasi harga komoditas,” ujar Head of Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma kepada bisnis, Rabu (26/12/2012). Menurut dia, manajemen sulit memprediksi pergerakan harga komoditas dalam 1 atau 2 bulan ke depan. Untuk itu, perseroan hanya akan berfokus pada pengembangan produktifitas perkebunan dengan beberapa ekspansi. “Awal tahun 2012 volume produksi sempat menurun 30% tapi kami berhasil mengurangi gap-nya menjadi hanya 11%-14%, kami harap kuartal terakhir bisa terus terkejar dan semakin meningkat hingga 2013,” lanjutnya. Sampai September 2012, lanjutnya, Sampoerna Agro sudah melakukan penanaman baru di lahan seluas 3.500 hektar dan akan mencapai 5.000 hektar sampai akhir tahun ini. “Sementara ekspansi selanjutnya kami targetkan 10.000 hektar lahan tertanam tahun depan. Landbank terus bertambah dan volume produksi juga akan membaik,” katanya. Untuk mendukung peningkatan produksi, emiten berkode saham SGRO ini berencana membangun pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalimantan berkapasitas 45 ton/jam dengan nilai investasi sekitar Rp100 miliar. “Belanja modal tahun depan maksimal Rp1 triliun, sekitar 80% untuk perkembangan usaha kelapa sawit, seperti perluasan kebun, infrastruktur, dan pabrik. Sisanya untuk usaha nonsawit seperti sagu dan karet,” jelasnya. Michael memaparkan sebagian anggaran belanja modal akan diperoleh dari dana internal perusahaan, sementara 50% sisanya berasal dari fasilitas pinjaman perbankan nasional. Berdasarkan data yang dihimpun bisnis, emiten perkebunan Grup Sampoerna ini menempati peringkat terakhir dari sepuluh perusahaan sejenis yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI ) dalam hal raihan laba. Per September 2012, perseroan membukukan penurunan laba bersih mencapai 50,2% dari Rp468,62 miliar pada sembilan bulan pertama 2011, menjadi Rp233,34 miliar. Adapun, total pendapatan tercatat Rp2,15 triliun, merosot 14,4% dari periode yang sama 2011 sebesar Rp2,516 triliun. Penurunan nilai pendapatan terutama disebabkan oleh volume penjualan yang berkurang dan harga jual produk utamanya. (arh) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Lestari Ciptaningtyas
Terkini