FINANCIAL PLANNING: Hidup Seperti Anjing Pemburu Pun Belum Tentu Merdeka

Bisnis.com,01 Jan 2013, 02:25 WIB
Penulis: Administrator

Saya punya definisi yang agak rumit tentang kesehatan. Bagi saya seseorang itu sehat bila dia memenuhi enam unsur: segar secara pisikal, cerdas secara intelektual, stabil secara emosional, damai secara spiritual, luhur secara sosial dan merdeka secara finansial.

Lima aspek yang pertama, biarlah pakarnya masing masing yang mengupas. Saya hanya ingin bercerita tentang kebebasan finansial (financial freedom)

Kebebebasan finansial tentu saja terkait dan berurusan dengan uang. Seorang yang terus menerus merasa lelah karena dibelit oleh keterbatasan ekonomis tentu tidak bisa dikatakan dalam keadaan financial freedom.

Namun sebaliknya  orang yang walaupun memiliki banyak uang tetapi hidupnya seperti anjing pemburu, yang siang malam mengejar duit, tentu juga tidak bisa disebut mencapai kemerdekaan finansial.

Saya selalu menempatkan uang sebagai salah satu alat untuk meraih kebahagaiaan. Hanya salah satu alat. Dan bukan yang terpenting! Namun perencananan keuangan jangan sekali-kali diabaikan. Realitas di sekitar kita menunjukkan bahwa banyak getir kehidupan yang bermula dari ketiadaan uang.

Jeffrey memberikan warning tentang hal itu dengan baik. "Don't underestimate the power and impact of your financial decisions. Few choices that you make in life will affect your success-or your failure-as much as the decisions you make about your finances. If you fail to manage your financial life wisely, many other areas of life-including your marriage, your other relationships, and your overall happiness-will suffer".

Sebelum mencoba memberi gambaran tentang the state of financial freedom, untuk menyalakan semangat mari kita kutip celotehan beberapa pakar di bidang pembentukan kekayaan. Allen - How to get rich and stay rich - dengan separo bergurau mengatakan bahwa ada tiga cara untuk menjadi kaya.

Cara pertama adalah: inherit it. Warisilah kekayaan itu. Sebagian kita, apa boleh buat, tidak memiliki kesempatan itu. Cara kedua, marry it. Maksudnya kawinlah dengan orang kaya. Selain sebagian dari kita, boleh jadi sebagian besar dari kita, tidak punya kesempatan, juga bukan cara yang elegan untuk menjadi kaya. Tinggal cara ketiga: earn it! Hasilkanlah kekayaan itu.

Sampai di sini kita perlu berguru kepada Robert T. Kiyosaki  yang mempopulerkan jargon financial freedom sejak tahun 1997.

Penulis "Rich Dad Poor Dad" - dan sederet buku tentang menjadi kaya lainnya, - dan pendiri sekolah Cash Flow Technologies Inc. ini, membagi sumber kekayaan dalam empat kuadran. Dua kuadran pertama dia sebut sebagai Active Income yang berasal dari gaji / upah sebagai karyawan atau pegawai dan hasil dari kerja mandiri seperti penulis, dokter, konsultan hukum dan sejenisnya.

Kiyosaki menggambarkan orang yang berada di dua kuadran itu sebagai orang yang bekerja untuk mencari duit.

Dua kuadran berikutnya, oleh Kyosaki disebut sebagai Passive Income, berasal dari pemilikan atas usaha(business owner) dan investasi. Menurut Kiyosaki orang yang berada di dua kuadran ini lebih baik, karena bukan dia yang bekerja untuk duit, tapi duit yang disuruh bekerja untuk dia.

Dalam konteks ini, orang yang meraih kebebasan keuangan adalah mereka yang passive income nya cukup untuk memenuhi kebutuhan finansialnya.

Untuk membakar semangat lebih jauh saya kutipkan ucapan konglomerat dunia Donald Trump (yang bagi sebagian kita akan dikatakan sombong). Trum mengatakan: "Kalau anda lahir miskin itu bukan kesalahan Anda.

Tapi kalau anda mati dalam keadaan miskin, itu sepenuhnya kesalahan Anda sendiri" atau Anda lebih suka dikompori oleh Anthony Robbins yang menggambarkan situasi absolute financial freedom apabila anda punya cukup investasi yang hasilnya memungkinkan anda untuk melakukan apa saja yang anda inginkan, kapan saja dan dimana saja. Adakah dalam realitas keadaan seperti itu?

Saya di barisan yang tidak sependapat bahwa kebebasan finansial hanya diukur dengan kumulatif kekayaan semata. Majalah Forbes menggolongkan seseorang sebagai orang kaya bila penghasilan per tahunnya mencapai US$1 juta dolar atau lebih. Itukah ambang batas kemerdekaan finansial? Kebutuhan manusia tidak ada batasnya. Karena itu jumlah uang yang diinginkan manusia juga tidak ada batasnya. Mengejar kekayaan tak ubahnya seperti berlomba di landas pacu tanpa garis finish.

 

MIKE TYSON BANGKRUT


Mike Tyson menghasilkan lebih dari US$300 juta dari ring tinju, namun dinyatakan bankrupt pada tahun 2004 dengan meninggalkan utang US$35 juta. Apakah Tyson berada dalam keadaan merdeka secara finansial?

Atau Nicole Murphy, mantan isteri bintang film Eddhie Murphy yang mendapat tunjangan perceraian sebesar US$15 juta, yang ludes dalam tempo 4 tahun sejak perceraian. Apakah Nicole berada dalam keadaan financial freedom?
 
"Financial Freedom is not about spending more but worrying less," tulis Voudri.

Jadi kemerdekaan financial adalah state of mind. Kemampuan kita mencapai dan memelihara keseimbangan antara pendapatan dan gaya hidup. Karena itu saya lebih setuju kepada Suze Orman yang mengajak kita untuk menjadi tuan, dan bukan menjadi budak dari kekayaan.

Dalam kalimat yang agak religius kemerdekaan finansial, menurut hemat saya, bisa diberi batas sebagai kemampuan kita untuk memenfaatkan rizki yang dikaruniakan Tuhan untuk memperoleh kebahagiaan yang optimal untuk diri sendiri dan untuk kemanusiaan. Nah kembali lagi pada definisi saya yang rumit tentang kesehatan yang saya tulis di depan.

Apapun pemahaman Anda tentang kemerdekaan keuangan, peluang untuk meraihnya akan lebih besar bila anda melakukan perencanaan keuangan. Kemampuan anda dalam merumuskan tujuan keuangan yang ingin anda capai, kejujuran anda dalam menempatkan posisi anda saat ini secara finansial, kemampuan nda untuk memperkirakan pendapatan yang akan diperoleh, kesediaan anda untuk secara teliti menyusun bujet keluarga dan mematuhinya, merupakan kata kata kunci perencanaan keuangan. Kita akan kupas tuntas hal hal ini, insya Allah, pada tulisan tulisan mendatang.

Masih ada lagi. Kesediaan anda untuk mengubah paradigma anda dari tidak peduli finansial menjadi peduli finansial, kesediaan Anda untuk belajar mengerti how money works serta belajar seluk beluk investasi. Bahkan kesediaan anda untuk thinking out of the box, keluar dari comfort zones dan mencoba sesuatu yang baru. Kita mengikuti nasihat Robert Frost:  Two roads diverged in a wood, and I took the one less traveled.

Saya tutup tulisan kali ini dengan kembali mengutip kalimat provokatif:  "Insanity is doing the same thing over and over again and expecting a different result".
 

*> Hasan Zein Mahmud adalah Tim Ekselensi dan Staf Pengajar pada KWIK KIAN GIE School of Business

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Others
Terkini