INDUSTRI PLASTIK: Rupiah tertekan, harga bahan baku kian melambung

Bisnis.com,15 Jan 2013, 22:46 WIB
Penulis:

JAKARTA: Asosiasi Industri Plastik Hilir Indonesia (Aphindo) memerkirakan kenaikan harga plastik hilir bisa melonjak jika depresiasi rupiah yang terjadi saat ini diikuti oleh kenaikan harga petrokimia global.

Sekretaris Jenderal Aphindo Henry Chevalier, mengatakan harga plastik hilir tahun ini sudah pasti naik dikisaran 10% hingga 20% menyusul kenaikan upah dan listrik.

"Kalau harga petrokimia naik dan dolar tetap mahal, kenaikan harga pasti lebih tinggi dari itu, karena bahan baku plastik itu menyumbang 60% hingga 70% dari total biaya produksi," ujarnya.

Saat ini, Henry mengatakan produsen petrokimia memang belum menaikan harga. Namun, mengingat 40% hingga 50% kebutuhan petrokimia domestik masih impor, maka imbas depresiasi rupiah pasti nanti akan terasa.

"Produksi petrokimia hanya menyumbang sekitar 50% hingga 60% konsumsi domestik. Sisanya harus impor dari Asean dan negara Timur Tengah," katanya.

Seperti diketahui, data terakhir yang dirilis Platts Global Petrochemical Index mencatat rerata harga petrokimia global naik 2% menjadi US$1.350 per ton pada Desember 2012. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar pada Selasa (15/1) berada dikisaran Rp9.635 per dolar.

Sebelumnya, Sekjen Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik (Inaplas) Fajar D. Budiyono berharap pergerakan nilai tukar rupiah tidak terlalu fluktuatif sehingga memberi kepastian kepada pelaku usaha di subsektor industri petrokimia untuk menyusun rencana bisnis. (arh)


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprika Rani Hernanda
Terkini