Personal Financial Planning, pada dasarnya merupakan siklus tanpa akhir dari empat tahapan utama: merencanakan income 'menyusun budget' memperkirakan saving' memanfaatkan saving secara optimal untuk tujuan meningkatkan income.
Kegiatan kegiatan seperti tax planning, rencana membeli rumah atau kendaraan, pembiayaan pendidikan, memperkirakan kebutuhan likuiditas mendadak, rencana menikah sampai pada estate planning, bagi saya masuk ke dalam dan merupakan bagian dari perencanaan bujet.
Untuk meningkatkan penghasilan, bagi seorang pegawai yang berpenghasilan tetap, misalnya, dapat dilakukan dengan melakukan kerja mandiri (self employment), melakukan investasi, atau memiliki usaha. Dari ketiga peluang di atas, investasi merupakan kegiatan yang paling mudah dilakukan.
Ada baiknya kalau kita mulai dengan pembatasan istilah investasi ini terlebih dahulu agar pembaca awam tidak tersesat. Di dataran makro ekonomi, investasi sering digambarkan sebagai pengadaan barang yang bukan untuk tujuan konsumsi, tetapi untuk meningkatkan kemampuan dan kapsitas prosuksi yang akan datang, seperti pembangunan sarana dan prasarana, penambahan skala pabrik atau pelatihan sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Personal Financial Planning berbicara tentang investasi yang dilakukan oleh individu dan rumah tangga. Meminjamm Charles P. Jones (2007), investasi didefinisikan sebagai "the committment of funds to one or more asssets that will be held over some future time period for the purpose of increasing wealth".
Media investasi bisa berbentuk real asset, yaitu aktiva yang nilainya terletak pada fisiknya seperti emas, tanah, properti, lukisan dan semacamnya. Tapi juga--dan terutama--dalam bentuk aktiva keuangan yang bisa diperdagangkan (tradable financial assets) yang nilainya tidak terletak pada pisiknya, tetapi pada klaimnya. Contoh aktiva keuangan ini ini seperti sertifikat deposito, obligasi, saham, reksadana dan instrumen derivatif.
Sebagai objek investasi, aktiva keuangan memiliki berbagai keunggulan. Untuk mengambil contoh ekstrim bayangkan anda punya dua objek investasi: sebidang tanah (real asset) dan reksadana kontrak investasi kolektif (financial asset).
Pertama, aktiva keuangan lebih likuid. Untuk sementara istilah likuiditas ini kita batasi saja dalam arti aset dapat ditukarkan dengan mudah menjadi uang dan sebaliknya.
Kedua, adalah divisibility. Aktiva keuangan bisa dibagi ke dalam satuan satuan yang lebih kecil. Kalau Anda memiliki 1.000 unit reksadana saham, Anda dapat menjual beberapa unit setiap saat.
Sebaliknya kalau Anda memiliki satu hektare tanah dengan satu serifikat hak milik, Anda tidak dengan mudah menjual separo dari tanah milik Anda.
Ketiga, biaya transaksi pada aktiva keuangan, jauh lebih murah. Biaya transaksi meliputi beberapa komponen seperti biaya komisi, pajak, biaya administrasi dan spread. Kita sering mengabaikan fakta bahwa dari berbagai komponen itu, biaya spread merupakan biaya yang paling besar.
Sebagai ilustrasi, kalau saya membeli perhiasan emas di pasar hias rias Cikini, Jakarta Pusat, pada suatu pagi, dengan harga Rp500.000 per gram, dan sore hari, karena kebutuhan dana mendesak, saya menjualnya kembali di toko yang sama, pada saat harga emas di London masih tetap sama, toko emas yang menjanjikan untuk membeli kembali produknya, ternyata hanya bersedia membeli pada harga Rp450.000 per gram, dengan alasan biaya produksi.
Selisihnya kita sebut sebagai spread. Pada saham saham yang likuid, spread pada umumnya hanya satu tick (di BEI, sebesar fraksi harga saham tersebut), pada reksadana, manajer investasi akan membeli kembali unit anda pada nilai aktiva bersih per unit tanpa spread.
Sebagai gantinya manajer investasi akan membebanlan back end load sebesar rata-rata 1%, bahkan seringkali dibebaskan apabila Anda memegang reksadana tersebut lebih dari satu tahun.
Keempat, karena sifatnya yang likuid dan bisa dibagi, instrumen keuangan dapat digunakan untuk tujuan diversifikasi, yaitu menyebar dana Anda ke dalam berbagai objek investasi untuk tujuan mengurangi risiko. Tentang diversifikasi dan alokasi aset, insyaallah akan kita bahas pada kesempatan lain.
Pada kolom kali ini cukup diketahui bahwa diversifikasi dengan jumlah dana relatif terbatas hanya bisa dilakukan dengan menggunakan tradable financial assets. Saya sering bercanda dengan mahasiswa, dengan mengatakan bahwa bursa saham telah memungkinkan saya untuk memiliki berbagai perusahaan dengan jumlah uang yang terbatas.
Saya, misalnya, menjadi pemilik Bank Bukopin, karena memiliki sahamnya dalam portfolio saya. Bahwa pemilikan itu hanya 0,00000000....%, tokh tetap sebagai pemilik juga.
Kelima, kegiatan investasi, terlepas dari pengetahuan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang rasional, merupakan pekerjaan yang paling gampang: tidak butuh tempat, bisa dilakukan dari mana saja sepanjang ada akses internet, tidak butuh pegawai, dan tidak butuh pembukuan.
Pagi hari, ketika (maaf) masih di kamar mandi saya bisa memasukkan order jual atau beli melalui alat komunikasi saya. Siang hari, sebelum berangkat ke luar kota, di bandara, saya bisa melihat apakah transaksi saya sudah terlaksana atau belum. Sore hari, di kota lain, setelah bursa tutup saya bisa memeriksa protfolio saya untuk mengetahui keuntungan dan kerugian saya pada hari itu, baik keuntungan/kerugian riil dari transaksi, maupun unrealized gain/loss akibat naik turunnya nilai saham dalam portfolio saya.
Tentu saja ada beberapa persyaratan minimal untuk dapat melakukan investasi di bursa saham. Saya menyebut persyaratan itu dengan DKW: duit, kemampuan dan waktu. Tentu saja dibutuhkan tabungan untuk dapat melakukan investasi.
Kalau Anda investor pemula, jangan coba coba melakukan investasi dengan dana pinjaman. Anda akan seperti bermain ski di es yang tipis. Beberapa perusahaan pialang bersedia menerima deposit awal dengan jumlah minimal Rp10 juta saja.
Tapi tolong dimengerti bahwa kalau dana anda hanya Rp10 juta, Anda hanya akan bisa bermain di saham-saham yang harganya rendah. Satu trading lot di BEI adalah 500 saham. Untuk saham Unilver, satu lot lebih mahal dari Rp10 juta.
Waktu tidak lagi menjadi kendala, karena kemajuan teknologi. Anda bisa melakukan transaksi kapan saja, sepanjang jam perdagangan, dan dari mana saja sepanjang anda dapat memperoleh akses ke internet. Secara global, transaksi saham berlangsung selama 24 jam (round clock). Dua jam sebelum BEI buka, - hanya beberapa saat setelah New York tutup, - Tokyo dan Hong Kong memulai perdagangannya. Sebelum BEI tutup, bursa bursa Eropa sudah memulai transaksinya, disusul oleh bursa bursa Amerika, dan seterusnya.
Satu-satunya yang tidak menyediakan jalan pintas adalah kemampuan. Anda harus nyebur dan dan bersedia tersedak sebelum Anda pandai berenang. Anda akan mengalami beberapa kegagalan sebelum indera keenam Anda memberikan sinyal jitu dalam mengambil keputusan investasi.
Tentu saja Anda bisa mempercayakan dana anda kepada propfesional, seperti manajer investasi. Tapi untuk mengerti bahasa dan prospektus mereka pun, Anda butuh belajar. Pada akhirnya kegiatan investasi merupakan spiral tanpa akhir dari BIBIBIBI: belajar, investasi, belajar investasi, dst.....
o> Hasan Zein Mahmud adalah Tim Ekselensi Learning Center dan Staf Pengajar pada KWIK KIAN GIE School of Business
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel