Penumpang Pesawat Berbadan Gemuk Dikenai Fat Tax, Setuju?

Bisnis.com,02 Apr 2013, 16:08 WIB
Penulis: Fajar Sidik

BISNIS.COM, JAKARTA - Mayoritas penumpang internasional atau sekitar 59% responden, yang dimintai pendapat oleh situs pencarian perjalanan terkemuka Skyscanner, setuju jika maskapai penerbangan menerapkan harga tambahan bagi para penumpang dengan berat badan berlebih.

Poling ini dilakukan menyusul pernyataan dari ekonom asal Norwegia Dr. Bharat P. Bhatta yang mengatakan bahwa model penetapan harga berdasarkan berat badan penumpang akan membawa keuntungan bagi maskapai penerbangan dalam bentuk tiket yang lebih terjangkau dan berkurangnya emisi karbon. Demikian dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Selasa (2/4/2013).

Samoa Air, yang beroperasi di kawasan Pasifik, telah mulai menerapkan harga sesuai dengan berat badan yang diyakini sebagai sistem biaya per kilo pertama di dunia.

Namun sebanyak 41% penumpang pesawat, dalam survei, menentang ide penerapan pajak kegemukan atau Fat Tax dengan alasan diskriminasi.

Sebelumnya di awal pekan ini, Sunday Times memberitakan bahwa Air India akan memberikan sanksi kepada awak kabin mereka yang berumur 40 atau lebih jika ditemukan mereka dalam kondisi yang tidak fit atau kelebihan berat badan setelah melalui serangkaian tes kesehatan.

“Ini mengejutkan bagi kami mengetahui bahwa banyak para pengguna transportasi udara secara umum menyambut baik sistem penetapan harga penerbangan yang berlapis," ujar Manajer Pengembangan Pasar Skyscanner Indonesia Tika Larasati.

Sistem ‘Fat Tax’ bisa menjadi isu yang sangat sensitif bagi maskapai penerbangan yang jelas-jelas tidak ingin menyinggung perasaan para penumpang dengan berat badan berlebih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Others
Terkini