Dalam pemahaman saya, perencanaan keuangan individual pada dasarnya meliputi tiga tahapan utama: bagaimana mengoptimalkan sumber penghasilan, bagaimana merencanakan dan mengontrol bujet dan bagaimana mengelola investasi.
Mengelola investasi sejatinya merupakan bagian dari upaya meningkatkan penghasilan juga, namun mengingat pentingnya, investasi menempati salah satu topic sentral dalam perencanaan keuangan personal.
Kembali meminjam Robert Kyosaki, penghasilan personal bisa bersumber dari aktiva aktif dalam bentuk gaji/upah sebagai pegawai, atau hasil dari kerja mandiri, maupun bersumber dari aktiva pasif dalam bentuk pembagian keuntungan sebagai pemilik usaha atau hasil investasi.
Penyusunan bujet meliputi pengeluaran rutin, pengeluaran insidentil yang bisa direncanakan seperti biaya pernikahan, biaya pendidikan dan biaya mendadak (emergency) yang tidak bisa direncanakan tapi perlu dipersiapkan.
Sisa penghasilan setelah dikurangi pengeluaran adalah tabungan. Tabungan itu perlu dikelola dengan baik, untuk tujuan jangka pendek, menambah penghasilan, maupun untuk tujuan jangka panjang seperti cadangan pensiun dan estate planning.
Investasi membutuhkan proses pembelajaran jangka panjang dan akumulasi pengalaman
Investasi pada dasarnya merupakan kegiatan menamkan tabungan anda pada satu atau lebih media investasi dalam jangka waktu tertentu--horizon investasi-- untuk tujuan mengoptimalkan kesejahteraan. Media investasi bisa berbentuk real asset seperti tanah, properti, emas, lukisan, koin atau barang barang langka lainnya.
Namun media investasi yang paling umum adalah instrument keuangan (financial assets), karena seperti yang telah kita diskusikan pada tulisan sebelumnya di rubrik ini, aktiva keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai objek investasi. Keunggulan itu meliputi likuiditas, mudah dibagi ke dalam unit unit yang lebih kecil, biaya transaksi (termasuk spread) yang rendah sehingga memudahkan seseorang melakukan diversifikasi dan membentuk portofolio.
Aktiva keuangan memiliki varian yang luar biasa banyak. Instrumen derivatif, misalnya, lebih dari 1.500 macam. Instrumen baru praktis lahir setiap hari sebagai hasil inovasi institusi keuangan dalam rangka memberikan pilihan yang paling optimal bagi investor.
Saya sendiri cenderung mengelompokkan aktiva keuangan ke dalam 6 kelompok, sebagai berikut:
o> Instrumen pasar uang, yaitu instrumen yang lahir dalam rangka menyediakan likuiditas ke dalam pasar keuangan, utamanya lending and borrowing antarinstitusi keungan jangka pendek dan perdagangan instrumen utang jangka pendek (sampai 1 tahun).
Sebagian instrumen itu merupakan tradable financial assets, sebagian lainnnya non-tradable. Contoh instrument pasar uang yang popular adalah seperti Treasury Bills (Surat Perbendaharaan Negara, SPN), Certificate of Deposits dan Negotiable CD's, Federal Fund (pasar uang antarbank), promisory notes, repurchase agreements dan lain lain.
o> Obligasi, yaitu surat utang jangka panjang (Di Indonesia lebih dari 5 tahun, di Amerika Serikat bonds merupakan surat utang yang tenornya lebih dari 10 tahun).
Berdasarkan kelompok emitennya, obligasi bisa berupa obligasi negara (Treasury Bonds), obligasi pemerintah daerah (municipal bonds, di Indonesia belum lahir), obligasi agency khusus (seperti mortgage back securities yang diterbitkan dalam rangka housing financing oleh Fannie Mae dan Freddy Mac) dan obligasi korporasi.
o> Saham, sebagai bukti pemilikan yang diterbitkan oleh perseroan terbatas (Inc. Ltd, Berhad dst). Pada dasarnya hanya ada dua bentuk utama: saham biasa dan saham preferen,
o> Instrumen hibrida. Kelompok ini merupakan instrumen keuangan yang diterbitkan oleh emiten yang tidak bisa diklasifikasikan sebagai saham atau obligasi. Di Indonesia kita sudah mengenal serifikat bukti right (lahir dari emisi saham dengan HMETD), waran (warrants) dan convertibles.
o> Instrumen derivatif. Merupakan kontrak finansial yang harganya, kinerjanya, dan potensi keuntungannya ditentukan oleh some underlying assets. Instrument derivatives tidak lagi diterbitkan oleh emiten, tapi lahir dari kontrak yang dibuat oleh para investor sendiri.
o> Foreign Exchange Market. Transaksi antarmata uang, baik yang bersifat fisik dan melibatkan penyerahan fisik maupun dalam bentuk derivatif investasi atas aktiva keuangan, terutama yang yang ditrasaksikan di organized market, karena kemajuan teknologi, bisa dilakukan dengan dengan sangat mudah dan nyaman.
Investasi minimal membutuhkan tiga hal, yaitu DKW: duit, kemampuan dan waktu
Investasi dalam saham di Bursa Efek Indonesia, misalnya, bisa dilakukan tanpa membutuhkan kantor, tidak perlu pegawai, tidak perlu pembukuan. Peralatan investasi yang dibutuhkan hanya alat komunikasi seperti, ipad, iphone atau blackberry dan akses internet. Transaksi bisa dilakukan dari mana saja sepanjang jam perdagangan, sepanjang tersedia dua alat tersebut di atas.
Anda bahkan bisa melakukan perdagangan 24 jam di psar saham internasional. Pasar saham Jepang dan Hong Kong, misalnya, akan mulai sebelum bursa saham Indonesia buka, 6 atau 7 jam setelah BEI memulai transaksi, pasar saham Eropa memulai aktivitasnya. Pada malam hari di Indonesia, pasar saham Amerika melakukan kegiatannya. Transaksi marjin forex merupakan tipikal perdagangan round-clock trading.
Investasi tentu saja membutuhkan sesuatu. Investasi, di luar peralatan yang saya sebutkan di atas, minimal membutuhkan tiga hal. Saya menyebutnya DKW: duit, kemampuan dan waktu. Untuk melakukan investasi, seseorang harus terlebih dahulu memiliki tabungan (saving).
Sebagai pemula jangan sekali kali mecoba melakukan investasi dengan dana pinjaman. Ketergesaan adalah salah satu musuh investasi. Faktor waktu tidak lagi menjadi kendala besar dengan majunya teknologi, karena transaski praktis bisa dilakukan secara on line.
Satu satunya yang tidak mengenal jalan pintas adalah kemampuan. Investasi membutuhkan proses pembelajaran jangka panjang dan akumulasi pengalaman. Sekali lagi no cut passing! Seseorang yang sibuk tentu saja bisa menanamkan dananya dalam reksadana yang dikelola oleh manajer investasi professional.
Namun untuk memahami prospektus suatu reksadana dan untuk menjawab apakah reksadana tersebut sesuai dengan kondisi keuangan, tujuan investasi dan kemampuan seorang investor dalam memikul risiko, tetap dibutuhkan pembelajaran.
Kemajuan sektor keuangan suatu negara dtentukan oleh kecepatan transformasi dari saving society ke arah investing society…….
*> Hasan Zein Mahmud adalah Tim Ekselensi Learning Center dan Staf Pengajar pada KWIK KIAN GIE School of Business
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel