HARGA EMAS: Ekonomi China Merosot, Emas Jatuh ke US$1.355,79

Bisnis.com,16 Apr 2013, 06:31 WIB
Penulis: Yusran Yunus

BISNIS.COM, LONDON-Harga emas di London jatuh lebih dalam pada Senin (15/4/2013), mencapai tingkat terendah dalam lebih dari dua tahun, diikuti oleh penurunan logam lainnya di tengah pesimisme pasar karena kemerosotan tidak terduga dalam aktivitas ekonomi China.

Setelah jatuh di bawah US$1.500 per ounce pada Jumat (12/4/2013) dengan penurunan US$90 dalam dua hari, emas sempat jatuh menjadi US$1.355,79 pada Senin, tingkat terendah sejak 14 Februari 2011, sebelum merayap kembali sedikit menjadi US$1.371,03 pada akhir perdagangan London.

Ekonom Forex.com Kathleen Brooks menunjuk "faktor-faktor fundamental yang menekan logam mulia a.l. pertumbuhan lemah di AS dan China, tekanan inflasi global yang lemah dan prospek negara-negara berutang seperti Siprus menjual cadangan emas mereka untuk membayar kembali utang mereka".

Dow Jones Newswires mengutip para pedagang yang mencatat bahwa harga juga didorong lebih rendah karena spekulan menjual logam mulia untuk menghindari penempatan lebih banyak uang sebagai jaminan guna mempertahankan taruhan mereka terbuka.

Pedagang biasanya menempatkan hanya sebagian kecil dari nilai penuh emas berjangka ketika mereka memperdagangkan kontrak, dan jumlah ini, yang dikenal sebagai "margin," harus diakhiri ketika harga jatuh, Dow Jones menjelaskan.

Namun pergerakan ini mendapat dorongan nyata setelah China mengatakan bahwa ekonominya tumbuh 7,7% pada kuartal pertama tahun ini, jauh di bawah perkiraan 8,0% dalam jajak pendapat pada 12 ekonom yang dilakukan oleh AFP dan lebih buruk daripada tingkat 7,9% yang terlihat selama tiga bulan sebelumnya.

Penurunan tajam harga emas disertai oleh penurunan harga logam lainnya.

 

Perak jatuh menjadi US$23,02 per ounce, tingkat terendah sejak Oktober 2010, dan tembaga turun menjadi US$7,085 per ton, terendah sejak Oktober 2011.(antara/afp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusran Yunus
Terkini