Harga Minyak Naik Terdorong Peningkatan Konflik Timur Tengah

Bisnis.com,07 Mei 2013, 04:49 WIB
Penulis: Endot Brilliantono

BISNIS.COM, NEW YORK  -- Harga minyak naik pada Senin (Selasa pagi WIB), setelah serangan udara Israel ke Suriah menimbulkan kekhawatiran baru tentang meningkatnya ketegangan di kawasan kaya minyak Timur Tengah.

Kontrak berjangka utama AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, ditutup pada US$96,16  barel di New York Mercantile Exchange, naik 55 sen dari tingkat penutupan Jumat.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni, melonjak US$2,61  dari penutupan Jumat menjadi menetap di US$ 105,46  di Intercontinental Exchange di London.

"Pasar kembali bergerak naik karena kekhawatiran di Timur Tengah -- dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Suriah," kata Bill Baruch dari iiTrader.com.

Sebuah sumber senior Israel mengkonfirmasikan kepada AFP bahwa negara Yahudi itu telah melakukan sebuah serangan pajar di lokasi di luar Damaskus pada Minggu, serangan kedua dalam 48 jam, yang keduanya telah menargetkan senjata-senjata yang diperuntukkan bagi Hizbullah Lebanon.

Menanggapi serangan itu, pejabat Suriah memperingatkan bahwa "rudal-rudal siap" untuk membalas.

Harga minyak mundur dari lonjakan awal karena tidak ada balas dendam langsung dari Suriah atau Iran, "hanya retorika biasa," kata John Kilduff dari Again Capital.

Bagi para pedagang, "tampaknya situasi tetap tegang," katanya.

Tim Evans dari Citi Futures menunjukkan bahwa Suriah maupun Israel memiliki produksi atau ekspor minyak yang signifikan.

Kilduff mencatat "sedikit aksi ambil untung" di New York setelah kenaikan tajam pada Jumat didorong oleh laporan pekerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan untuk April, yang menginspirasi harapan pertumbuhan lebih kuat di konsumen energi terbesar dunia itu.

WTI telah naik US$4,58  selama dua Israel sesi perdagangan sebelumnya.

"Brent menguat pada umumnya karena kekhawatiran dari Timur Tengah," kata Phil Flynn dari Price Futures Group. (AAntara/AFP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Endot Brilliantono
Terkini