BISNIS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia mengklaim terus berada di pasar untuk mencegah depresiasi yang cepat pada nilai tukar rupiah, meskipun mata uang itu anjlok dalam 2 hari terakhir.
Hartadi A. Sarwono, Deputi Gubernur Bank Indonesia, enggan berkomentar banyak mengenai depresiasi rupiah dalam 2 hari terakhir yang sempat menembus Rp9.810 per dolar AS.
Meski demikian, dia menegaskan BI akan terus berada di pasar untuk mencegah fluktuasi nilai tukar yang terlalu cepat. “Iya kami ada di pasar, untuk menjaga rupiah agar tidak terdepresiasi yang terlalu cepat,” ujarnya di sela-sela Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (28/5/2013).
Berdasarkan data Bloomberg, kontrak non-deliverable forward (NDF) rupiah 1 bulan ditransaksikan melemah 0,5% ke Rp9.924/US$ pada pukul 16:51 WIB. Nilai tukar Rupiah versi NDF tersebut memiliki selisih 1,3% dibandingkan dengan perdagangan spot yang ditutup Rp9.795/US$, setelah sehari sebelumnya menyentuh Rp9.791/US$.
Adapun nilai tukar rupiah versi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menyentuh Rp9.810/US$ pada pagi tadi, melemah 18 poin dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya. Nilai tukar rupiah versi Jisdor terus melemah sejak 20 Mei lalu yang masih bertengger di Rp9.760/US$.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel