KESEHATAN: 165 Juta Anak Kekurangan Gizi

Bisnis.com,08 Jun 2013, 12:04 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora

BISNIS.COM, JAKARTA– Sekitar 165 juta anak di seluruh dunia kekurangan gizi. Bayi sedang menghadapi masa depan kesehatan yang buruk, pendidikan yang buruk, pendapatan rendah dan kemiskinan.

Direktur Eksekutif UNICEF (United Nations Children's Fund) Anthony Lake menjelaskan masalah gizi buruk kurang dipahami, sering terjadi kekeliruan, tentang gizi buruk karena kurangnya makanan.

Dia menjelaskan kekurangan gizi merupakan konsekuensi kesehatan yang ireversibel juga mempengaruhi negara-negara yang relatif makmur, seperti India ada banyak makanan, tetapi berkandungan gizi rendah.

"Kekurangan gizi menyebabkan pengkerdilan,  salah satu masalah yang paling krisis untuk anak-anak di dunia. Ini hal yang mengerikan. Anak-anak ini dikutuk,” jelas Lake seperti dikutip Reuters.

Pengerdilan adalah konsekuensi dari kekurangan gizi, di saat hamil atau pun saat 1.000 hari kelahiran bayi.

Lake menjelaskan anak akan terhambat belajar di sekolah dan mungkin lebih dari itu, hidup tumbuh kembang gizinya akan terhambat. Hal ini akan meningkatkan kemiskinan di negara dan wilayah yang terkena dampak, serta mendorong kesenjangan besar antara kaya dan miskin.

"Angka-angka yang fenomenal. Di India, misalnya, sekitar 48% anak-anak terhambat, dan di Yaman itu hampir 60%. Bayangkan hambatan pada pengembangan," kata Lake.

Lake berbicara kepada Reuters di London pada puncak pertemuan  "Nutrisi untuk Pertumbuhan" yang diselenggarkan oleh pemerintah Inggris dan Brazil dalam acara Children's Investment Fund Foundation-CIFF (Yayasan Anak Investasi Dana). Di mana negara-negara donor berjanji untuk lebih banyak member dana dana guna mengatasi masalah .

Serangkaian studi menemukan bahwa sekitar 165 juta anak terhambat oleh gizi buruk, dan hampir separuh yang mengalami kematian adalah balita , jumlahnya 3,1 juta kematian per tahun - disebabkan oleh kekurangan gizi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini