BISNIS.COM, JAKARTA-Industri dana pensiun lembaga keuangan membidik instrumen obligasi yang memberikan kupon minimal 9% untuk menyesuaikan target imbal hasil investasi sebesar 12% per tahun untuk program pensiun manfaat pasti.
Wakil Ketua Bidang Investasi Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (ADPLK) Ricky Samsico mengatakan Kondisi pasar obligasi saat ini rata-rata menawarkan kupon sekitar 7% per tahun dinilai kurang menarik.
Meski demikian, industri dana pensiun tetap akan membeli instrumen investasi obligasi yang saat ini mencapai sekitar 40% dari total dana kelolaan yang hingga Maret 2013 mencapai sekitar Rp26,1 triliun, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu Rp25,5 triliun.
“Karena tidak ada pilihan ya akan tetap diambil. Kami mengutamakan obligasi pemerintah atau obligasi korporasi dengan peringkat AAA,” katanya kepada Bisnis, Senin (10/6).
Ketika kupon obligasi di bawah target, demikian pula return deposito yang hanya berkisar 5%-6%, industri dana pensiun berupaya mengalihkan portofolio investasi ke saham sebagai performance buffer.
Ricky mengatakan porsi saham perlahan meningkat selama 5 tahun terakhir, dari 5% menjadi 10%, setelah industri melakukan edukasi secara intensif kepada peserta DPLK untuk menggeser portofolio investasi kepada instrumen yang memberikan return lebih tinggi. Pergeseran portofolio ini berasal dari instrumen investasi deposito.
“Karena kalau DPLK kan peserta sendiri yang menentukan alokasi investasinya, dan rata-rata masih takut masuk ke saham,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel