BURSA ASIA: Merosot Dipicu Krisis Kredit di China

Bisnis.com,20 Jun 2013, 10:31 WIB
Penulis: Martin Sihombing

BISNIS.COM, JAKARTA--Saham Asia merosot terdalam untuk bulan ini menyusul adanya kekhawatiran memburuknya China akibat krisis kredit dan setelah Gubenur Bank Sentral Amerika Serikat Ben S. Bernanke mengatakan bank sentral harus mengurangi pembelian obligasi pada akhir tahun ini untuk menguatkan ekonomi AS.

Industrial & Commercial Bank of China Ltd turun 2,5% di Hong Kong terkait turunnya pemberian pinjaman di China lantaran suku bunga antar bank naik dan survei pendahuluan menunjukkan manufaktur China menyusut.

Samsung Electronics Co (005.930), pembuat smartphone terbesar di dunia, tergelincir 2,2% di Seoul. Inpex Corp, Jepang No 1 energi explorer, turun 3,6% karena harga minyak mentah menuju hari kedua penurunan.

Index MSCI Asia Pacific turun 2,6% menjadi 129,62 pada 11:30 di Tokyo, menuju penurunan terbesar sejak 23 Mei karena hampir delapan saham jatuh.

Bernanke mengatakan bank sentral mungkin memulai program pengurangan pembelian obligasi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun ini dan mengakhiri pada pertengahan 2014.

"Pasar mengharapkan pembelian aset terus berlanjut setidaknya sampai akhir tahun ini mengingat pekerjaan baru dan data inflasi," kata Keith Poore, kepala Wellington strategi investasi yang berbasis di AMP Capital dengan aset yang dikelola sekitar US$126 miliar.

Indeks Topix Jepang tergelincir 0,9%, sedangkan indeks Nikkei 225 Stock Average turun 1,1%. Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,3%, sedangkan indeks Taiex Taiwan turun 1,2%. Australia S & P / ASX 200 Index turun 2%, sementara Indeks NZX 50 Selandia Baru turun 0,9%.

China Shanghai Composite Index turun 1% dari hasil survei HSBC Holdings Plc dan Markit Economics menambahkan ada tanda-tanda perlambatan ekonomi terbesar kedua di dunia kian dalam. Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 2% dan Indikator perusahaan dari China daratan di kota anjlok 2,5%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini