BISNIS.COM, JAKARTA – PT Bank Mandiri Tbk akan menggelar Asean Trade Processing Conference, acara diskusi untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang mengurangi daya saing eksportir dan importir nasional dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015.
Sunarso, Direktur Commercial and Business Banking Bank Mandiri, mengatakan acara terssebut akan dilaksanakan pada Kamis (27/6) pekan depan bertempat di Ritz Charlton Pacific Place, Jakarta. Rencananya event ini akan dihadiri oleh sekitar 300 peserta dari kalangan pemerintah, otoritas pelabuhan, lembaga keuangan dan asuransi serta para eksportir dan importir
“Sebagai bentuk dukungan pada penguatan daya saing sektor perdagangan domestik menghadapi penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015, kami akan menggelar ASEAN Trade Processing Conference,” ujarnya dalam siaran pers, Minggu (23/6/2013).
Menurutnya, acara ini diharapkan dapat menjadi ajang diskusi untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang mengurangi daya saing eksportir dan importir nasional. Misalnya, terkait proses pengurusan transaksi perdagangan atau dwelling time di pelabuhan menjadi 3-5 hari dari sebelumnya 7 hari sehingga arus keluar masuk barang dapat dilakukan dengan cepat dan tidak menimbulkan biaya tambahan seperti demurrage.
Acara ini merupakan salah bentuk komitmen penguatan sektor perdagangan nasional. Bank beraset terbesar di Indonesia mencatatkan transaksi nilai ekspor mencapai US$14,73 miliar selama periode Januari—Maret 2012, tumbuh 11,6% dari setahun lalu.
Nilai transaksi impor tercatat juga mencatatkan kinerja pertumbuhan yang relatif sama dengan nilai menjadi US$14,18 miliar. Adapun market share Bank Mandiri untuk transaksi ekspor pada Maret 2013 sebesar 32,4%, sedangkan untuk transaksi impor 31,2%.
Sunarson mengatakan untuk mendorong perkembangan sektor perdagangan, perseroan mengembangkan solusi transaction banking yang bertujuan meningkatkan kelancaran arus barang, arus dana dan arus dokumen.
“Terkait ekosistem pelabuhan, misalnya, Mandiri mengembangkan layanan payment system untuk pembayaran biaya terminal handling, pajak ekspor-impor, dan biaya-biaya lain seperti biaya pengapalan dan asuransi. Layanan ini telah dapat dimanfaatkan oleh antara lain pabean, container terminal, shipping company/forwarder, asuransi dan eksportir-importir,” ungkap Sunarso.
Layanan perbankan lain meliputi pemberian jasa advisory (mengenai regulasi perdagangan internasional yang berlaku, risiko dan mitigasinya), pembiayaan pra pengapalan, pembiayaan pasca pengapalan, serta pembiayaan deferred payment (penundaan pembayaran impor).
“Sekitar 40% dari transaksi ekspor dan impor melalui Bank Mandiri dilakukan oleh debitur trade financing dalam bentuk pembiayaan pra pengapalan, pembiayaan pasca pengapalan, penerbitan LC dan deferred payment,” kata Sunarso
Khusus untuk transaksi ekspor, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp9,9 triliun hingga Maret 2013 kepada eksportir atau rata-rata tumbuh 27,3% dalam 3 tahun terakhir. Pertumbuhan kredit ekspor Bank Mandiri mampu melampui pertumbuhan pasar sehingga market share kredit ekspor Bank Mandiri terus meningkat yaitu dari 17,3% pada akhir 2011 menjadi 20,4%pada Maret 2013.
Bank Mandiri juga memiliki layanan online Mandiri Global Trade untuk penanganan transaksi ekspor, impor, dan bank garansi, Mandiri Cash Management untuk mengelola likuiditas usaha dan layanan easy RTE (rincian transaksi ekspor) untuk pelaporan transaksi ekspor.
“Laporan RTE yang dilakukan eksportir melalui Bank Mandiri periode Januari-Maret 2013 mencapai US$4,34 miliar atau tumbuh 0,2% dibanding periode yang sama tahun lalu,” tambah Sunarso .
Hingga saat ini, Bank Mandiri telah bekerjasama dengan sekitar 1.200 bank koresponden di berbagai negara untuk mendukung layanan trade facilitation dan trade financing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel