Penjualan Ban Lesu Terimbas Penaikan BBM

Bisnis.com,24 Jun 2013, 19:36 WIB
Penulis: Nurudin Abdullah

BISNIS.COM, JAKARTA--Penjualan ban nasional diperkirakan semakin tidak bergairah hingga akhir tahun ini karena dampak dari penaikan harga bahan bakar minyak bersubisi sehingga banyak pemilik kendaraan menunda penggantian bannya.

Kondisi tersebut mulai terlihat dari pencapaian angka penjualan yang cenderung melemah, yaitu selama Mei 2013 hanya terjual sebanyak 4,09 juta unit, mengalami penurunan sebesar 3,35% dari realiasasi bulan sebelumnya mencapai 4,23 juta unit.

 Menurut data Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) kinerja penjualan ban yang tumbuh negatif semakin terlihat jelas pada volume penjualan untuk kebutuhan industri otomotif (original equiptment) pada Mei 2013 sebanyak 520.749 unit turun 0,85% dari bulan sebelumnya 525.207 unit.

 Demikian halnya penjualan selama Mei 2013 untuk kegiatan penggantian (replacement) mencapai 1,11 juta turun 1,47% dari bulan sebelumnya 1,13 juta unit dan juga total ekspornya 2,45 juta unit lebih rendah 4,9% dari pencapaian penjualan bulan sebelmnya 2,57 juta unit.

 Azis Pane, Ketua Umum APBI, mengatakan kinerja penjualan ban nasional mengalami tekanan cukup berat karena berbagai faktor yang berkembang di dalam negeri seperti isu penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang memicu peningkatan harga komoditas dan jasa.

 Melonjaknya harga barang dan jasa yang dipicu penaikan harga BBM, lanjutnya, menyebabkan banyak orang menunda pembelian ban, mengurangi perjalanan mobilnya, sehingga berpengaruh langsung terhadap kinerja penjualan ban di dalam negeri.

 "Selain itu, banyak keluarga pemilik kendaraan sekarang ini menunda penggantian ban mobilnya karena konsentrasi anggaran rumah tangga sedang difokuskan untuk urusan biaya sekolah putra-putri mereka," katanya di Jakarta, Senin (24/6/2013).

 Menurutnya, kondisi pasar ban nasional yang kurang menggairahkan juga disebabkan oleh berbagai faktor dan isu yang cenderung memojokkan industri dalam negeri, seperti tuduhan monopoli terhadap produsen ban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini