IKM Palling Tahan Banting dan Tak Tergantung

Bisnis.com,27 Jun 2013, 17:24 WIB
Penulis: Riendy Astria

Bisnis.com.COM, JAKARTA- Industri Kecil Menengah (IKM) dinilai merupakan sektor industri yang paling tahan terhadap krisis ekonomi dunia.

Direktur Jenderal IKM Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan IKM memang merupakan industri yang mampu bertahan terhadap krisis lantaran tidak bergantung pada pembiayaan yang bersumber dari luar negeri.

Selain itu, tidak banyaknya kredit yang bermasalah dengan perbankan dan berorientasi pada ekspor menjadikan IKM industri yang kokoh. “Makanya, ketika krisis keuangan terjadi, industri kreatif yang merupakan bagian dari IKM tidak terkena imbas besar dalam pembiayaan,” kata Euis dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (27/6/2013).

Selain itu, Industri kreatif juga memiliki target pasar nasional yang besar dengan potensi jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Untuk mengembangkan industri kreatif, lanjut Euis, pemerintah telah menerbitkan Inpres Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif sebagai dasar bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengembangkan 14 (empat belas) sektor ekonomi kreatif. 

Adapun subsektor industri kreatif yang masuk ke dalam lingkup pembinaan Kementerian Perindustrian adalah fesyen, kerajinan dan layanan komputer dan piranti lunak. Fesyen dan Kerajinan merupakan subsektor yang dominan memberikan kontribusi ekonomi, baik dalam nilai tambah, tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan ekspor.

Nilai tambah yang dihasilkan Subsektor Fesyen dan Kerajinan pada tahun lalu, berturut-turut sebesar 44,3% dan 24,8% dari total kontribusi sektor industri kreatif, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 54,3% dan 31,13%, dan jumlah usaha sebesar 51,7% dan 35,7%.

Dirjen IKM mengatakan, setidaknya pertumbuhan industri kreatif perlu ditopang dengan perkuatan enam pilar ekonomi kreatif, antara lain sumber daya manusia (SDM), peningkatan daya tarik industri subsektor industri kreatif menjadi lapangan usaha yang menarik untuk berkarir dan berinvestasi dan teknologi.

Pemanfaatan bahan baku yang terbarukan, institusi yang meliputi penciptaan penghargaan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI), serta lembaga pembiayaan yang meliputi penciptaan skema dan lembaga pembiayaan yang mendukung tumbuh kembangnya industri kreatif Indonesia.

Menurut Euis, pembangunan industri kreatif pada hakekatnya dipayungi oleh kerjasama antara cendikiawan (Intellectual), bisnis (Business) dan pemerintah (Government) yang disebut sebagai sistem Triple Helix. Hubungan ketiga faktor tersebut  merupakan penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif. Diharapkan, kolaborasi Triple Helix terus berperan aktif mendorong pengembangan industri kreatif.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Others
Terkini