Ini Ancaman Wilmar International Terkait Kebakaran Lahan

Bisnis.com,01 Jul 2013, 13:41 WIB
Penulis: Giras Pasopati

BISNIS.COM, KUALA LUMPUR—Wilmar International Ltd (WIL), perusahaan dagang minyak sawit terbesar di dunia, berencana memutuskan hubungan dengan pemasok Indonesia yang membuka lahan dengan api ilegal, setelah kebakaran melalap Singapura dalam kabut.

Wilmar, yang melarang pembakaran pada perkebunan sendiri, bergantung pada pihak ketiga untuk lebih dari 90% dari minyak sawit mentah untuk kilang.

Sime Darby Bhd (SIME), produsen minyak terbesar publik sawit, juga melarang pembakaran pada perkebunan sendiri dan bergantung pada sumber lain untuk persediaan, membeli sebanyak setengah komoditas untuk pabrik dari pihak lain.

Perusahaan penyulingan minyak sawit didorong untuk menegakkan kebijakan tidak membakar kebun bagi pemasoknya setelah ratusan kebakaran ilegal berkobar bulan lalu di Indonesia, produsen top dunia dari komoditas tersebut.

Unilever, pembeli 3% minyak sawit mentah dunia, mengatakan kabut adalah pengingat bagi para perusahaan penyulingan sawit akan kebutuhan untuk mempercepat upaya sustainability lingkungan.

Scott Poynton, pendiri The Forest Trust, yang bekerja sama dengan Nestle SA (NESN) dan Golden Agri-Resources Ltd (GGR) dalam kebijakan keberlanjutan lingkungan mengatakan pihaknya butuh uang untuk berbicara.

“Jika perusahaan membuat komitmen tanpa deforestasi yang mengatakan kepada masyarakat  bahwa anda tidak dapat membakar karena kita tidak akan membeli minyak anda, maka itu adalah “uang” yang berbicara kepada orang tersebut,” katanya seperti dikutip di Bloomberg (1/7).

Minyak kelapa sawit adalah komoditas yang paling banyak digunakan sebagai minyak nabati dunia.  Unilever sendiri membuatnya untuk margarin, es krim dan sabun.

Perusahaan berbasis London-Rotterdam tersebut membuat komitmen untuk membeli minyak sawit yang ramah lingkungan dan menginginkan semua pasokannya bersertifikat, dan dapat dilacak pada 2020.

Menurut data dari pihak non-pemerintah, World Resources Institute, atau WRI, sementara Indonesia dan Malaysia melarang pembakaran untuk membersihkan atau mengelola areal, 17 konsesi kayu dan 10 perkebunan kelapa sawit memiliki lahan yang terkena kebakaran di Indonesia.

Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya mengatakan pekan lalu, Indonesia sedang menyelidiki sejumlah perusahaan yang diduga terlibat dalam kebakaran ilegal dan akan mengumumkan nama-nama setelah penyelidikan selesai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bambang Supriyanto
Terkini