SBY Pertanyakan Penggunaan Anggaran Peningkatan Kapasitas Lapas

Bisnis.com,13 Jul 2013, 13:49 WIB
Penulis: Ismail Fahmi

Bisnis.com, JAKARTA--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta laporan penggunaan anggaran peningkatan kapasitas lembaga permasyarakatan (Lapas) senilai Rp1 triliun.

"Saya telepon Wakil Presiden(Boediono,red) dari Lombok, kita sudah menetapkan anggaran Rp1 triliun untuk meningkatkan kapasitas lapas, terutama yang sudah 'overload' (kelebihan penghuni).Tujuan kita jangan sampai terjadi seperti apa yang di Medan ini," kata Presiden Yudhoyono di Jakarta, Sabtu  (13/7/2013)

Kepala Negara menggelar rapat terbatas untuk membahas mengenai kejadian tersebut dan harga daging sapi yang meroket setibanya dari melakukan kunjungan kerja di Nusa Tenggara Barat.

Hadir dalam rapat terbatas itu antara lain Menkopolhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo, Kepala BIN Marciano Norman, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin, Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Pertanian Suswono.

"Saya ingin mendapatkan laporan digunakan seperti apa (anggaran tersebut). Kalau memang masih kurang bisa kita tambah lagi karena sudah puluhan tahun tidak ditambah," katanya.

Hak narapidana Pada kesempatan itu Presiden juga mengingatkan bahwa narapidana tetap memiliki hak-hak dasar yang harus dipenuhi, "Ini bulan Ramadhan, banyak diantara mereka yang juga puasa, jadi jangan karena narapidana lantas kehilangan hak dasarnya, ini prinsip," tegas Presiden.

Kepala Negara juga mengaku jika menerima pesan singkat yang diduga dari salah seorang narapidana di lokasi.

"Kalau benar ini, yang di dalam pun mengirim sms kepada saya, saya hargai, yang di dalam narapidana. Intinya Pak SBY jangan salah terima, kami tidak berarti ingin melakukan sesuatu tapi listrik dan air penyebabnya dan tidak ada respon yang memadai. Ada provokator memang," kata Presiden mengutip isi pesan itu. (Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini