SBY Berang kepada Suswono dan Gita, Itu Sudah Telat, kata Andrianof

Bisnis.com,15 Jul 2013, 14:12 WIB
Penulis: Avrilia Wahyuana

Bisnis.com, SOLO - Presiden Susilo Bambang Yudhono berang kepada  Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan  Gita Wirjawan. Ia marah lantaran kedua pembantunya itu lamban dalam mengatasi kenaikan harga bahan pokok dan daging sapi.

Kemarahan itu diungkapkan Presiden dalam rapat terbatas di Base Ops Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (13/7/2013). Dalam tegurannya Presiden menyebut para menterinya tidak peka terhadap penderitaan rakyat.  Kemarahan Presiden ini mendapat banyak perhatian masyarakat, karena bukan sekali ini Presiden marah dengan bawahannya. Selama ini Presiden memang seringkali menegur para menteri serta pejabat dalam beberapa kesempatan.

Pengamat kebijakan publik Andrinof Chaniago dalam sesi Dinamika 103 SoloposFM,  Senin (15/7/2013) mengungkapkan kemarahan Presiden Yudhoyno ini merupakan keseriusan yang terlambat. Kemarahan ini seperti ingin menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjawab keluhan rakyat. Padahal masalah seperti kenaikan harga seharusnya sudah diprediksi dan diantisipasi.

“Kenaikan BBM [bahan bakar minyak] beberapa waktu lalu, tentunya bisa diprediksi bakalan menaikkan harga Sembako. Kenapa tidak diantisipasi? Termasuk pengecekan hingga tingkat pasar dan produsennya,” ungkap Andrinof.

Andrinof mengungkapkan bahwa kemarahan Presiden ini tidak akan berpengaruh kepada pencitraannya di dalam negeri, karena Yudhoyono tidak akan lagi berlaga pada Pemilu 2014. Namun kemarahan Presiden ini, dapat menjadi pemacu bagi para menteri, untuk introspeksi dan melakukan perencanaan serta antisipasi sejumlah momen, seperti Lebaran dan perayaan tahun baru 2014.

“Kalau ke dalam [negeri] tidak berpengaruh, tapi mungkin masih bisa untuk pencitraan ke luar negeri. Tapi kemarahan ini bisa memincu kinerja para menteri. Apalagi sebentar lagi kan Lebaran dan ada juga Natal dan tahun baru,” jelas Andrinof.

Sementara itu, sejumlah pendengar SoloposFM memiliki opini beragam. Khoirul Hadi di Solo, menganggap Presiden tidak seharusnya marah. Apalagi kenaikan harga ini menjadi konsekuensi logis dari naiknya BBM.

Pak Ho, pendengar lain di Solo menganggap jika kemarahan Presiden ini hanya obor blarak, karena selama ini pemerintah mengandalkan impor namun terlambat impor dan pasokannya. Namun Fajar Setyo Hartono di Boyolali, menilai jika teguran Presiden kepada menteri-menterinya sudah tepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lahyanto Nadie
Terkini