Garam Kupang Ditunggu Industri

Bisnis.com,17 Jul 2013, 16:38 WIB
Penulis: Febrany D. A. Putri

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Komisi Penetapan Pengembangan Industri Primer Pertanian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Adhi Lukman berharap kesiapan lahan garam di Kupang, Nusa Tenggara Timur nantinya mampu menutupi kebutuhan industri dalam negeri.

Pasalnya, saat ini untuk garam industri masih sepenuhnya diimpor dari India dan Australia.

Adhi memaparkan setiap tahun, kebutuhan garam industri mencapai 1,8 juta ton, sementara itu untuk konsumsi 1,2 juta ton. Adapun, produksi garam dalam negeri mencapai 900.000 per tahun.

"Produksi dalam negeri itu hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi. Ada stok sisa dari importasi pada awal tahun lalu. Oleh karena itu, pemerintah telah menutup impornya, sedangkan untuk industri masih impor," ujar Adhi pada Rabu (17/7/2013).

Adhi menjelaskan saat ini pemerintah Kabupaten Kupang telah menyetujui pembukaan lahan garam seluas 7.000 hektare. Adapun Badan Pertanahan Nasional (BPN) telah mempelajari topografi dan menyetujui status lahan dengan pengelola PT Garam.

Dengan total lahan tersebut, diproyeksi dapat menghasilkan 600.000 ton garam per tahun. Adapun, secara bertahap, akan ada penambahan luas lahan yakni 2.000 hektare sehingga total produksi diproyeksi mampu mencapai 800.000 ton per tahun.

"Jumlah produksi ini nantinya sebagian besar untuk kebutuhan industri. Kalau konsumsi bisa dipasok dari Jawa dan Madura," tambahnya.

Selain lahan garam di Kupang, ada pula lahan milik PT Cheetam Garam Indonesia di Ngekeo, Nusa Tenggara Timur. Sebelumnya, lahan ini masih terkendala masalah pembebasan lahan oleh BPN, karena berstatus tanah milik adat.

Namun, Adhi menyampaikan saat ini masalah tersebut telah terselesaikan. Saat ini tengah dilakukan penataan lahan agar cepat berproduksi. Untuk kapasitas produksi, Cheetam mampu memproduksi 120 ton garam per hektare.

Dengan kesipan kedua lahan tersebut, Adhi memprediksikan pada 2015, kebutuhan garam industri juga dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sehingga pemerintah dapat menghentikan importasi garam sepenuhnya.

Sementara itu, pada 2016 diharapkan semua lahan sudah mampu berproduksi sesuai dengan kapasitas maksimalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini