Jembatan Selat Sunda Bisa Perparah Kesenjangan Banten-Lampung

Bisnis.com,17 Jul 2013, 17:41 WIB
Penulis: Miftahul Ulum

Bisnis.com, SURABAYA--Sejumlah pakar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) menilai pembangunan jembatan Selat Sunda akan meningkatan kesenjangan antara Banten dan Lampung.

Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar Riset ITS, menguraikan pembangunan jembatan belum tentu mendorong pertumbuhan ekonomi di dua kawasan.

"Tidak ada teori yang menjamin jembatan bisa menyeimbangkan pengembangan kawasan yang disambungkan," jelasnya saat diskusi soal jembatan Selat Sunda, Rabu (17/7/2013).

Dia mencontohkan, jembatan Surabaya-Madura setelah empat tahun beroperasi juga tidak mendongkrak industrialisasi pulau garam. Bahkan, penduduk pulau itu kini semakin tergantung dengan Surabaya.

"Jembatan Surabaya-Madura nyatanya tidak menjadikan industrialisasi di sana berjalan, yang ada malah ketimpangan makin lebar," jelasnya.

Dari perspektif transportasi, sambungnya, pembangunan JSS juga mengesampingkan pengembangan transportasi laut.

Padahal, keberadaan transportasi darat sarat akan subsidi, baik dari sisi bahan bakar/solar maupun infrastruktur yang disediakan.

Kelemahan itu menurutnya bisa diatasi kapal laut yang bisa menjadi tulang punggung penghubung Jawa dengan Sumatra.

Terlebih bahan bakar kapal selama ini sudah tidak disubsidi sehingga beban pemerintah berkurang.

Sedangkan guna mendorong ekonomi wilayah, lanjut dia, pemerintah lebih tepat jika membangun infrastruktur seperti rel ganda kereta api maupun optimalisasi jalan lintas Sumatra.

Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim ITS Amien Widodo menguraikan secara teknis ada daerah jarang gempa di selatan Pulau Jawa.

Sehingga daerah jarang gempa itu menyebabkan ada potensi tenaga tersembunyi.

"Itu yang menyebabkan ada potensi gempa dan bisa memicu tsunami. Terlebih dasar Selat Sunda merupakan tanah labil pengaruh aktifnya krakatau,"
jelasnya.

Sedianya jembatan selat sunda terdiri dari lima seksi dengan panjang sekitar 25 km.

Seksi pertama 4,8 km, seksi kedua sepanjang 5.5 km, seksi ketiga 6,5 km, seksi keempat 4 km dan seksi kelima 5,3 km.

Konstruksi per seksi menyambung Pulau Jawa, Pulau Ular, Pulau Sangiang, Pulau Prajurit dan Pulau Sumatra. Lebar jalan direncanakan 60 meter, terbagi dalam jalur darurat di tepi jembatan, enam jalur lalu lintas dan tepat di tengah disediakan jalur rel ganda.

Nilai investasi proyek diprediksi mencapai Rp200 triliun.

Sedianya lima konsorsium BUMN terlibat dalam proyek itu yakni PT Adhi Karya Tbk, PT Hutama Karya, PT Pembangunan Perumahan Tbk, PT Waskita Karya Tbk, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).  (ra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini