Likuiditas Dolar AS Numpuk di Perbankan Nasional

Bisnis.com,18 Jul 2013, 15:07 WIB
Penulis: Donald Banjarnahor

Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun nilai tukar Rupiah terus tertekan akibat berkurangnya pasokan Dolar AS dalam beberapa bulan terakhir, namun terjadi peningkatan likuiditas valuta asing di perbankan nasional.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), likuiditas valuta asing (valas) pada Mei 2013 mencapai 533,26 triliun atau sekitar US$53,3 miliar, meningkat 25,5% dibandingkan dengan setahun lalu. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit valas yang hanya tumbuh hampir 15% Rp456,4 triliun.

Hal tersebut menyebabkan rasio intermediasi (LDR) valas turun ke level 85,6% dibandingkan dengan akhir 2012 yang tercatat masih 91,3%.

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, mengatakan sebenarnya banyak Dolar yang dipegang oleh pelaku usaha domestik. Meski demikian, tuturnya, pelaku usaha tersebyt enggan untuk melepas Dolar menjadi Rupiah tersebut karena memiliki ekspektasi nilai tukarnya akan terus menguat.

“Barangnya sebenarnya ada, tetapi orang tidak bisa beli karena yang punya tidak mau lepas,” ujarnya Rabu (17/7/2013) malam).

Menurutnya, cepat atau lambat pelaku usaha tersebut akan melepas Dolar karena membutuhkan likuiditas Rupiah yang akan digunakan sebagai modal kerja. Selain itu, memegang Dolar dalam kurun waktu yang lama juga tidak lebih menguntungkan karena bunga deposito jauh lebih rendah daripada Rupiah.

Bank Mandiri salah satu yang kebanjiran likuiditas valas dengan pertumbuhan setahun sebesar 37,5% menjadi Rp82 triliun pada akhir Juni lalu. Pertumbuhan dana valas Bank Mandiri pada setahun terakhir jauh lebih tinggi dari rerata 3 tahun sebelumnya yang hanya 20,7%.

Destry Damayanti, Ekonom Bank Mandiri, mengatakan salah satu tantangan terhadap tekanan nilai tukar Rupiah adalah kebutuhan pembayaran utang luar negeri swasta. Berdasarkan data BI utang luar negeri swasta yang jatuh tempo selama periode Mei-Desember 2013 mencapai US$25,77 miliar.

“Bila separuhnya bisa refinancing [pembiayaan ulang] maka ada kebutuhan likuiditas sekitar US$13 miliar. Hal ini yang diperhitungkan oleh para pemilik Dolar untuk tidak melepas dananya untuk saat ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini