Upah Karyawan & Sewa Gedung Hambat Efisiensi Perbankan

Bisnis.com,04 Agt 2013, 16:10 WIB
Penulis: Donald Banjarnahor
JAKARTA – Bank Indonesia mewaspadai peningkatan komponen upah karyawan dan sewa kantor karena telah menjadi kendala dalam peningkatan efisiensi pada perbankan nasional.

Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank  Indonesia (BI), mengatakan efisiensi perbankan terus meningkat selama tahun ini yang tercermin atas penurunan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

Meski demikian, tuturnya, ada dua kendala dalam peningkatan efisiensi yakni komponen upah dan sewa kantor yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. “Memang komponen upah dan gaji cukup besar ini sehingga membuat penurunan BOPO agak melandai,” ujarnya, pekan lalu.

Berdasarkan data bank sentral, posisi BOPO perbankan nasional pada akhir Mei tercatat 74,54% yang merupakan posisi terendah selama 2013.

Penurunan rasio Bopo dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan operasional yang mencapai Rp196,56 triliun selama periode Januari-Mei 2013 meningkat 5,24% dari setahun lalu.

Sementara itu, beban operasional meningkat 2,2% dari Rp143,36 triliun menjadi Rp146,52 triliun.

Penurunan BOPO dipimpin oleh kelompok bank BUMN dan bank pembangunan daerah  dengan posisi masing-masing 70,89% dan 70,36%.

Vera Eve Lim, Chief Financial Officer (CFO) PT Bank Danamon Indonesia Tbk, mengatakan biaya sewa gedung mengalami kenaikan sekitar 20% per tahun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. “Padahal sekitar 85% gedung Danamon adalah sewa,” ujarnya.

Selain gedung, Vera juga memaparkan ada kenaikan signifikan pada gaji karyawan, terutama setelah  kenaikan upah minimum kota di sejumlah daerah pada awal tahun ini.

Peningkatan gaji karyawan ini, tuturnya meningkatkan beban operasional secara keseluruhan karena memiliki porsi sekitar 60%. “Bank butuh banyak karyawan  apalagi di kami yang besar di mass market,” ujarnya.

Umumnya bank yang aktif melakukan ekspansi cabang akann mengalami peningkatan BOPO. Pasalnya penambahan cabang bukan hanya membutuhkan biaya sewa atau investasi cabang, tetapi juga penambahan cabang. Apalagi cabang baru belum tentu bisa berkontribusi secara optimal karena membutuhkan waktu.

Namun, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah M. Hadi Santoso mengatakan pihaknya memiliki strategi agar ekspansi cabangf tidak langsung berdampak negatif terhadap BOPO.

“Kami biasanya tempatkan team mobile yang melakukan pemasaran produk sebelum pembukaan cabang baru,” ujarnya.

Team mobile tersebut, tuturnya, hanya terdiri atas sedikit orang yang menyewa sebuah rumah dengan target melakukan penetrasi bisnis pada sebuah wilayah. “Apabila team mobile tersebut sudah menghasilkan baru kami buka cabang,” ujarnya.

Alhasil, BOPO BRI Syariah bisa turun dari 91,16% pada Juni 2012 menjadi 87,55% pada Juni 2013.

Padahal selama setahun terakhir, BRI Syariah menambah 71 kantor dan 906 karyawan. Total kantor cabang BRI Syariah pada akhir Juni tercatat 586 outlet dengan 5.565 karyawan.   (ra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini