Ini Strategi Erajaya Stabilkan Harga Gadget

Bisnis.com,05 Agt 2013, 15:31 WIB
Penulis: Nenden Sekar Arum

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah inflasi dan laju pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang fluktuatif saat ini, harga gadget seperti telepon seluler, tablet PC, dan laptop yang didistribusikan PT Erajaya Swasembada tidak banyak berubah.

Director Marketing and Communications Erajaya Djatmiko Wardoyo menjelaskan hal tersebut didukung beberapa strategi yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan harga produk perusahaan distribusi dan ritel alat telekomunikasi tersebut.

Beberapa strategi yang diambil PT Erajaya Swasembada antara lain:

Djatmiko menjelaskan dengan membeli produk dalam kurs rupiah, harga barang tidak akan terpengaruh dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar As.

Strategi ini diterapkan terhadap produk iPhone4 keluaran Apple. Djatmiko menjelaskan pihaknya membeli semua produk seri terakhir dari iPhon4, sehingga nilai dan harga produk tetap aman dan tidak terpengaruh dengan gejolak ekonomi dunia.

Hingga saat ini proses ini masih dalam tahap diskusi agar pihaknya mendapatkan dukungan dari brand terkenal tanpa harus menaikkan harga. Targetnya, Erajaya mendapatkan produk dengan harga jual tetap dengan subsidi berdasarkan unit yang dibeli.

Meski demikian, jika hal tersebut tetap tidak bisa menanggulangi gejolak harga, menaikkan harga gadget merupakan keputusan terakhir yang harus diambil. “Tapi kami terus berusaha untuk tidak menaikkan harga,” jelasnya.

Hingga saat ini, beberapa merek gadget yang memberikan kontribusi besar bagi pemasukan perusahaan antara lain Samsung, Nokia, Blackberry, Apple dan Sony. “Kelima brand tersebut masih memiliki peminat yang besar di Indonesia dan kontribusi penjualan hingga 50% dari 14 brand yang kami pegang,” imbuhnya.

Persentase terbesar penjualan produk hingga saat ini masih dipegang feature phone dengan angka 73%, sedangkan penjualan smartphone hanya 27%. Meski demikian, kontribusi pendapatan dari penjualan smartphone bagi perusahaan mencapai 60%, hal itu karena harga yang lebih tinggi dari ponsel biasa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor:
Terkini
'