Pergerakan Yield Diprediksi Flat

Bisnis.com,06 Agt 2013, 04:10 WIB
Penulis: Maftuh Ihsan

Bisnis.com, JAKARTA—Pasar obligasi domestik di­­pre­­­diksi bergerak datar dalam beberapa waktu ke depan hingga Bank Indonesia mengambil keputusan menaikkan atau me­­­nahan suku bunga acuan sebagai reaksi terhadap inflasi Juli.

Setelah sempat rebound pada pekan la­­­lu, pergerakan pasar surat utang negara pada awal pekan ini ditutup dengan ko­­­reksi ringan dari empat seri obligasi acuan.

PT Penilai Harga Efek Indonesia (In­­­do­­­nesia Bond Pricing Agency/IBPA) mencatat imbal hasil obligasi pemerintah acu­­­an bertenor 10 tahun FR0063 naik se­­­besar 12 basis poin menjadi 7,65% pa­­­da penutupan perdagangan Senin (5/8/2013) dibandingkan dengan posisi pada akhir pekan lalu 7,53%.

Imbal hasil surat utang negara acuan ber­­­tenor 5 tahun FR0066 ditutup pada level 7,10% pada harga 92,6, atau naik em­­­pat basis poin dibandingkan dengan po­­­sisi pada akhir pekan lalu.

Sementara itu, dua seri obligasi pemerintah acuan bertenor 15 tahun dan 20 tahun masing-masing juga naik sebesar em­­­pat basis poin dan dua basis poin men­­­jadi 7,92% dan 8,06%.

Budi Susanto, Head of Debt Capital Mar­­­ket PT Danareksa Sekuritas, menuturkan saat ini para investor menantikan res­­­pons Bank Indonesia terhadap inflasi yang di atas ekspektasi pasar melalui ke­­­bi­­­jakan suku bunga acuan.

“Saya memperkirakan pasar akan flat hingga rapat dewan gubernur Bank In­­­do­­­nesia apakah akan menaikkan atau me­­­nurunkan suku bunga acuan,” ujarnya, akhir pekan lalu.

Sementara itu, data Asian Bonds Online menunjukkan indeks volatilitas obli­­gasi pemerintah acuan bertenor 10 ta­­­hun hingga akhir pekan lalu terus me­­­ningkat mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini yakni sebesar 0,2067.

Jika indeks volatilitas tersebut terus me­­­ningkat, maka risiko di pasar obligasi domestik juga turut naik akibat perge­rakan imbal hasil yang semakin su­­lit di­­­prediksi.

Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan dengan inflasi tahunan (year-on-year) yang sudah 8,61% pada Juli, maka BI rate 6,5% sudah kehilangan relevansinya dan mungkin akan naik ke level 7%.

Namun, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengisyaratkan tidak akan menaikkan suku bunga acuan mengingat inflasi tahunan 8,61% pa­­­da Juli tak jauh dari rentang perkiraan bank sentral.

Pihaknya masih akan melihat perkembangan inflasi mendatang untuk menentukan apakah BI rate 6,5% patut dipertahankan atau perlu dinaikkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini