Bisnis.com, JAKARTA--Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Anthonius Tony Prasetiantono memproyeksi Bank Indonesia akan segera menaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 bps menjadi 7% karena inflasi sudah melampaui bunga atau negative real interest rate.
“Inflasi tahunan sekarang sudah 8,6%, jelas tidak memadai lagi jika BI Rate masih 6,5%. Bank juga sudah tidak mungkin lagi memberi suku bunga di bawah 7% kepada nasabah utama,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (14/8/2013).
Menurutnya, nasabah akan menarik dana dari perbankan apabila tidak ada penyesuaian tingkat bunga terhadap inflasi. Akibatnya, dana pihak ketiga (DPK) perbankan nasional akan merosot dan menyebabkan likuiditas semakin ketat.
“Kalau BI Rate tidak naik maka bank tetap akan menaikkan bunga deposito agar DPK tidak merosot. Jika ini terjadi, BI Rate menjadi tidak berwibawa karena tidak realistis dan tidak sesuai kebutuhan di pasar finansial,” jelasnya.
Berbeda dengan Tony, Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan kondisi negative real interest rate terjadi sementara sehingga tidak ada kekhawatiran nasabah akan menarik dana secara besar-besaran.
“Negative real interest rate akan terjadi sampai Juni tahun depan setelah itu akan kembali normal lagi,” tuturnya.
Kondisi serupa, tuturnya, pernah terjadi pasca penaikan harga BBM pada 2005 dan 2008. “Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan meski ini terjadi selama setahun,” ujarnya.
Besok, Kamis (15/8) Bank Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur guna merespon kondisi perekonomian terkini. “Kami akan merespon tekanan inflasi dengan bauran kebijakan,” ujar Gubernur BI Agus Martowardojo awal pekan ini."
Menurutnya, nasabah akan menarik dana dari perbankan apabila tidak ada penyesuaian tingkat bunga terhadap inflasi. Akibatnya, dana pihak ketiga (DPK) perbankan nasional akan merosot dan menyebabkan likuiditas semakin ketat.
“Kalau BI Rate tidak naik maka bank tetap akan menaikkan bunga deposito agar DPK tidak merosot. Jika ini terjadi, BI Rate menjadi tidak berwibawa karena tidak realistis dan tidak sesuai kebutuhan di pasar finansial,” jelasnya.
Berbeda dengan Tony, Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan kondisi negative real interest rate terjadi sementara sehingga tidak ada kekhawatiran nasabah akan menarik dana secara besar-besaran.
“Negative real interest rate akan terjadi sampai Juni tahun depan setelah itu akan kembali normal lagi,” tuturnya.
Kondisi serupa, tuturnya, pernah terjadi pasca penaikan harga BBM pada 2005 dan 2008. “Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan meski ini terjadi selama setahun,” ujarnya.
Besok, Kamis (15/8) Bank Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur guna merespon kondisi perekonomian terkini. “Kami akan merespon tekanan inflasi dengan bauran kebijakan,” ujar Gubernur BI Agus Martowardojo awal pekan ini."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel