Bisnis.com, JAKARTA - Bankir memerkirakan Bank Indonesia akan tetap mempertahankan suku bunga acuan dengan alasan tekanan inflasi akan mereda ke depannya.
Benny Purnomo, Direktur PT Bank Mutiara Tbk, mengatakan BI Rate saat ini sudah berada pada level yang cukup tinggi, sehingga bisa dipertahankan pada level 6,5%.
"BI Rate ada peluang untuk bertahan. Ada perhitungan dari Kementerian Keuangan bahwa akan terjadi deflasi pada Oktober," katanya, Rabu (14/8/2013).
Seperti diketahui, bank sentral telah dua kali menaikkan suku bunga acuan, sehingga menjadi ke level 6,5%. Bank sentral memutuskan menaikkan BI Rate dengan pertimbangan ekspektasi inflasi yang cukup tinggi.
Benny mengatakan apabila BI Rate tidak berubah, kalangan perbankan pun akan lebih mudah untuk menahan suku bunga simpanan dan pinjaman. "Suku bunga bisa lebih kendalikan," katanya.
Benny mengakui bank akan jauh lebih berhati-hati ekspansi bisnis sepanjang semester II.
Isbandiono Subandi, Komisaris Independen PT Bank Capital Indonesia Tbk, mengatakan bank sentral masih mampu menjaga BI Rate pada level 6,5% dalam jangka pendek.
Menurutnya, kondisi perekonomian yang belum stabil tetap membuka celah suku bunga acuan akan kembali naik. "Pertimbangannya tetap bagaimana kondisi inflasinya. Untuk jangka pendek, BI tetap bisa menahan BI Rate," ujarnya.
Isbandiono mengatakan kondisi perbankan dalam negeri masih relatif baik, walaupun terjadi perlambatan pertumbuhan.
Perlambatan kredit misalnya, katanya, terjadi antara lain karena tren suku bunga yang cenderung naik sebagai respons kondisi makroekonomi.
"Pelambatan pertumbuhan masih akan terjadi hingga akhir tahun. Terkait suku bunga, tetap terbuka akan terjadi penyesuaian," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel