Indonesia Perlu Tingkatkan Teknologi Konstruksi

Bisnis.com,21 Agt 2013, 14:25 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana

Bisnis.com, JAKARTA—Penerapan teknologi konstruksi guna meningkatkan efisiensi dan kualitas infrastruktur merupakan keharusan bagi Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean pada 2015

Sekretaris Umum IAPPI Hari Nugraha Nurjaman Hari Nugraha Nurjaman menuturkan sektor konstruksi di Indonesia masih didominasi oleh cara kerja  konservatif.

Dia menjelaskan penggunaan peranti lunak yang ‘kuno’ dan keterbatasan komunikasi pada persiapan proyek menyebabkan perencanaan konstruksi menjadi tidak sempurna.

"Terutama pada tahap perencanaan yang dikerjakan secara  multi disipllin. Masing-masing kerja di bidangnya. Apalagi dengan peranti lunak yang masih kuno," katanya di Jakarta, Rabu (21/8/2013).

Dia menuturkan ketidaksempurnaan perencanaan akan menyebabkan kesulitan pada tahap pelaksanaan proyek.

"Pelaksana akan menerjemahkan sebagai gambar kerja. Dan seringkali dengan teknologi yang minim, ketidaksempurnaan muncul pada saat pelaksanaan. Di Indonesia masih banyak penyelenggara konstruksi seperti itu," terangnya.

Untuk itu, lanjutnya, penggunaan teknologi yang inovatif dalam bidang konstruksi sudah menjadi keharusan.

"Teknologi  bisa menghitung secara otomatis sehingga bisa match kuantitas dan spesifikasi konstruksinya. Jadi, dokumen perencanaan yang disiapkan bisa lebih baik," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Sumber Daya Investasi Badan Pengembangan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Mohammad Natsir mengungkapkan dengan efisiensi industri konstruksi Indonesia akan lebih siap menghadapi masyarakat ekonomi Asean pada 2015.

Oleh karena itu, jelasnya, pekerjaan konstruksi diharapkan dapat menerapkan sistem precast atau beton pracetak.

"Sebagian besar pekerjaan konstruksi di lapangan menerapkan sistem insitu (pembetonan di lokasi), tidak efisien, limbahnya banyak. Dengan precast, kita dapat meningkatkan rantai pasok yang jelas," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini