Awas, Usaha Pertanian di Jabar Turun

Bisnis.com,03 Sep 2013, 19:04 WIB
Penulis: Adi Ginanjar Maulana

Bisnis.com, BANDUNG — Pemerintah Provinsi Jawa Barat menilai penurunan usaha pertanian di Jawa Barat dalam kurun waktu 10 tahun yang mencapai 29,40% akibat penurunan daya beli petani.

Kabid Pengembangan Produksi Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Disperta) Jabar Uneep Primadie mengemukakan ongkos produksi yang harus dikeluarkan petani lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani.

"Sehingga tidak ada keberimbangan, kebutuhan rumah tangga lebih besar dari pada usaha tani karena kebutuhan pokok meningkat," katanya, Selasa (3/9/2013).

Dia mengatakan pemerintah sudah membantu untuk menekan lonjakan biaya produksi pertanian melalui program subsidi yang diberikan pemerintah antara lain pupuk, benih, dan pestisida. Akan tetapi, komponen lain masih membebani usaha petani seperti kenaikan bahan bakar minyak (BBM).

Sedangkan alih fungsi lahan yang disebut-sebut turut memicu penurunan usaha pertanian dinilai tidak berpengaruh banyak sebab petani sekarang ini sudah menerapkan pola pertanian yang lebih maju dibandingkan dengan pola terdahulu seperti pola tanaman secara tumpang tindih.

Dia menggambarkan dalam satu petak luas areal pertanian bisa ditanami lima komoditas pertanian pangan seperti jagung, kedelai, jahe, sayur, dan kacang.

"Makanya, harus dikaji ulang faktor pasti penurunan usaha pertanian rumah tangga," katanya.

Uneep menambahkan nilai tukar pertani (NTP) selama ini selalu berada di kisaran 100. Indeks tersebut menunjukkan kesejahteraan petani Jabar lebih baik dibandingkan dengan daerah lain.

Menurutnya, petani sebetulnya bisa lebih hidup sejahtera asalkan mempunyai kemauan kuat untuk mempertajam argribisnis.

"Jadi petani harus bisa menghitung rencana usaha tani, supaya jelas input dan output-nya," ujarnya.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jabar Entang Sastraatmadja mengemukakan semakin merebaknya alih fungsi lahan pertanian oleh perindustrian dan perumahan mengakibatkan lahan pertanian menjadi menyempit sehingga terdampak pada usaha pertanian.

Dia menyebutkan pemerintah harus mempersiapkan regulasi untuk mempersempit banyaknya alih fungsi lahan.

Menurutnya, dengan membuat lahan abadi sangat membantu para petani dan masyarakat pada umumnya dalam memenuhi ketersediaan pangan. "Tidak hanya lahan sawah yang abadi, tetapi lahan yang berkaitan dengan pangan," katanya.

Berdasarkan Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, jumlah usaha pertanian pada 2013 ini mencapai 3.057.424 rumah tangga, atau turun 29,40% dibandingkan dengan sensus pertanian 2003 sebanyak 4.330.342 rumah tangga.

Kabid Bidang Produksi BPS Jabar Ruslan mengemukakan mengemukakan rata-rata penurunan jumlah usaha pertanian mencapai 3,42% per tahun. “Penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Karawang sebanyak 135.747 usaha dalam kurun waktu 10 tahun,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini