Bisnis.com, JAKARTA - Jika rupiah terus melemah hingga akhir tahun ini, ekonom memproyeksikan Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan kredit hingga 50 basis poin (bps).
Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menyebutkan kenaikan tersebut hanya dapat terjadi jika nilai tukar rupiah menembus Rp12.000. Adapun proyeksi kenaikan tersebut akan terjadi pada kuartal IV/2013.
"Kalau pemerintah bisa menahan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS tidak tembus Rp12.000, maka kecil kemungkinan BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan," ujar Fauzi seusai paparan Outlook Economy 2013, Selasa (10/9/2013).
Lebih lanjut dia menjelaskan jika BI kembali menaikkan suku bunga acuan kredit tak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Adapun, Standard Chartered Bank memproyeksi pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun ini hanya 5,8% atau tidak sesuai target 6,2%.
Oleh karena itu, pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia memang sudah seharusnya ditekan agar neraca transaksi berjalan dapat diatur.
Fauzi menambahkan, kemungkinan kenaikan BI rate pada kuartal IV/2013 memang akan semakin menekan net interest margin (NIM) perbankan, khususnya bank-bank kecil. Meski demikian, selama 5 tahun terakhir, rerata NIM perbankan nasional mencapai 5%.
"NIM di Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan Singapura yang hanya sekitar 1% hingga 1,5%, juga Malaysia. Margin yang dinikmati perbankan masih besar," tambahnya.
Fauzi mengatakan dengan NIM yang masih cukup lebar tersebut, jika ada kenaikan funding cost, maka masih dapat diserap. Dia menganalisis secara kasar, jika terjadi kenaikan funding cost sebesar 200 bps, tanpa ada kenaikan suku bunga kredit, maka NIM yang didapatkan 3%. Adapun, persentase tersebut masih cukup baik jika dibandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara.
Fauzi tak menampik, jika kenaikan suku bunga acuan kredit dari BI akan menurunkan laba perbankan dan membuat khawatir. Namun, penurunan laba tersebut tidak akan menjadi kerugian. Pasalnya, perlambatan margin dapat digantikan oleh pertumbuhan ekonomi yang masih positif yakni 5,8%.
Sebelumnya, BI rate telah meningkat 125 bps atau 7%. Beberapa bank telah merasakan dampak tergerusnya margin bunga bersih dan penurunan ekspansi kredit.
Adapun, kinerja pertumbuhan laba perbankan nasional sudah melambat sepanjang semester I/2013, seiring dengan perlambatan kredit. Laba bersih perbankan hanya meningkat 11,79% menjadi Rp51,12 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel