Bisnis,com. JAKARTA—Kalangan bankir meminta pemerintah memanfaatkan momentum penundaan stimulus yang dilakukan Federal Reserve dengan membenahi fundamental ekonomi.
Direktur Utama Bank Victoria Eko R. Gindo menganalisa secara tidak langsung masalah quantitative easing (QE) The Fed akan lebih banyak berdampak ke hot money dan pasar modal, bukan ke perbankan.
Eko mengatakan perbankan terkena dampak karena masalah hot money sangat berpengaruh kepada nilai tukar rupiah dan dolar AS. Sementara itu, kondisi perbankan (big banks) mengalami short pada dolar, dengan nilai tukar yang membengkak di atas Rp12.000.
“Nilai tukar yang membengkak maka menyebabkan forex loss di perbankan,” ucapnya, Minggu (22/9/2013).
Eko mengatakan kondisi perbankan nasional masih sangat sehat, walau loan to deposit ratio (LDR) menyentuh 89%, dan aktiva likuid ada pada kisaran 24%.
Selain itu, issue tapering The Fed hanya akan berpengaruh kepada capital account balance di neraca perdagangan Indonesia, tapi tidak berpengaruh ke current account balance.
“Kebijakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) memunculkan fenomena perang suku bunga yang membuat industri perbankan khawatir,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel