Kinerja Manufaktur September Masih Harus Waspada

Bisnis.com,01 Okt 2013, 17:00 WIB
Penulis: Riendy Astria

Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja industri manufaktur pada September 2013, berdasarkan purchasing managers index (PMI) yang dirilis oleh HSBC menunjukkan perbaikan, yakni mulai merangkak naik di atas ambang netral 50,0. Meski begitu, kondisi manufaktur tetap harus diwaspadai.

PMI manufaktur dalam negeri pada September 2013 tercatat 50,2 atau naik 1,7 poin dibandingkan dengan Agustus yang berada pada posisi 48,5.

Su Sian Lim, Ekonom Asean di HSBC mengatakan pada September ini, PMI dan indeks indeks output hanya sedikit di atas 50.

Sementara itu, permintaan baru terus menyusut. Ini menunjukkan peningkatan output terjadi hanya karena perusahaan mulai berhasil menyelesaikan proyek atau pekerjaan yang sudah ada.

Menurutnya, minimnya permintaan domestik terjadi akibat ketatnya kebijakan bank sentral.

Selain itu, pemerintah juga memberikan indikasi adanya penurunan lebih jauh di sektor manufaktur.

“Jika ketidakseimbangan eksternal dan tingkat inflasi Indonesia terus terjadi, maka pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat adalah kondisi yang akan dihadapi, jadi tetap waspada,” katanya dalam keterangan resminya, Selasa (1/10/2013).

Peningkatan indeks ke posisi 50,2 memberikan gambaran tunggal tentang kondisi operasional perekonomian. Kinerja sektor manufaktur mengindikasikan peningkatan marginal kondisi bisnis Indonesia.

Data di atas 50,0 tersebut, kata Lim, menunjukkan kemajuan yang tercatat pada empat dari lima sub komponen yang ada. Misalnya, output pada sektor manufaktur Indonesia meningkat untuk pertama kalinya selama tiga bulan pada September.

Adapun data September menyoroti turunnya tingkat bisnis yang tidak terselesaikan selama dua bulan berturut-turut. Penurunan terakhir sangat tajam dan merupakan yang tercepat sejak bulan Januari 2012.

Bukti anekdotal menunjukkan  tingkat bisnis yang belum terselesaikan menurun sejalan dengan rendahnya permintaan baru.

Meskipun terjadi penurunan selama dua bulan berturut-turut, penurunan total permintaan baru yang dipesan pada perusahaan-perusahaan Indonesia hanya pada kisaran kecil dan laju lebih lambat pada September.

Sebaliknya, bisnis ekspor menurun dengan kecepatan solid. Hal ini terjadi karena melemahnya permintaan dan rentannya situasi perekonomian global.

Kemudian, jumlah tenaga kerja juga menurun. “Akan tetapi, tingkat pengangguran pada September membaik dibandingkan Agustus,” tambahnya.

Di sisi lain, di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, sektor manufaktur Indonesia harus membayar bahan baku impor dengan harga yang lebih tinggi.  

Hal ini membuat harga input rata-rata dan penjualan meningkat tajam di bulan terakhir.

Kemudian, aktivitas pembelian di sektor produksi barang di Indonesia juga mulai meningkat pada September ini, setelah penurunan terjadi penurunan di bulan sebelumnya sehingga, persediaan bahan mentah dan barang setengah jadi menumpuk.  (ra)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini