China Desak AS Selesaikan Pagu Utang

Bisnis.com,11 Okt 2013, 03:02 WIB
Penulis: Laila Rochmatin

Bisnis.com, BEIJING – Perdana Menteri China Li Keqiang menyatakan kekhawatirannya terkait masalah pagu utang Amerika Serikat yang bisa menyebabkan potensi ‘gagal bayar’.

Walaupun tidak menyebutkannya secara rinci, tetapi pernyataan Li itu dimuat di website pemerintah China pada Kamis (10/10).

China mendesak parlemen AS untuk segera menyelesaikan kebuntuan anggaran dan menaikkan pagu utang AS.

Menurut data Kementrian Keuangan AS, Beijing memiliki US$1,28 triliun obligasi AS pada Juli.

Wakil Menteri Keuangan China Zhu Guangyao pada minggu ini menyarankan Amerika Serikat untuk segera mengatasi potensi gagal bayar sehingga tidak mengganggu inestasi China di Amerika Serikat.

“Kami sangat berharap Amerika Serikat dapat mengambil langkah strategis untuk mengamankan investasi China,” ujar Hua Chunying juru bicara Menteri Luar Negeri China pada Rabu (9/10).

Hua menambahkan permasalahan perekonomian Amerika Serikat akan memberikan dampak langsung bagi China dan perekonomian dunia.

Sementara itu, Zhu Min Wakil Direktur International Monetary Fund (IMF) pada Rabu (9/10) di Washington menekankan China bukanlah sebuah pasar yang tertutup.

“ Itu menandakan kebijakan non konvensional Amerika Serikat dan pergerakan modal global juga akan mempengaruhi pergerakan modal China.”  

Dia menambahkan studi IMF menunjukkan kondisi shutdown Amerika Serikat akan memangkas 0,25% produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat.

Di lain pihak, seorang pejabat senior Kementrian Luar Negeri Amerika Serikat pada Kamis (10/10) di Brunei mengatakan John Kerry Menteri Luar Negeri Amerika Serikat telah meyakinkan Perdana Menteri China Li bahwa masalah pagu utang akan segera diselesaikan.

Dia menyatakan permasalahan shutdown telah memasuki hari ke 9 dan ini adalah momen yang tepat bagi Presiden Amerika Serikat untuk membuktikan komitmennya menyelesaikan isu penting ini. (Bloomberg/Reuters)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bambang Supriyanto
Terkini