Produksi Libya Anjlok, Harga Brent Makin Menguat Terhadap WTI

Bisnis.com,29 Okt 2013, 07:27 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri

Bisnis.com, JAKARTA—Harga minyak mentah Brent naik ke level tertinggi dalam dua pekan setelah produksi minyak Libya anjlok, sehingga memperlebar selisih harga komoditas itu terhadap WTI.

Kontrak juga menguat akibat spekulasi bahwa bank sentral AS akan mempertahankan program stimulus.

Brent yang diperdagangkan di bursa London naik 2,5% setelah perusahaan milik negara National Oil Corp. menyatakan produksi minyak mentah di Libya merosot hingga 250.000 barel per hari akibat aksi protes buruh tambang.

Sementara itu, harga WTI di bursa New York menguat 0,9% sehari sebelum Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) memulai pertemuan dua hari.

Menurut survey Bloomberg terhadap para ekonom, pertemuan itu diduga akan menunda pengurangan pembelian obligasi per bulan hingga Maret tahun depan.

“Penurunan produksi minyak Libya merupakan pendorong utama dan menjadi alasan mengapa Brent menguat,” ujar Jacob Correll, seorang analis komoditas pada perusahaan pengelola energi Schneider Electric Professional Services sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (29/10/2013).

Menurutnya, ada kepercayaan yang berkembang bahwa bank sentral AS akan setuju untuk mempertahankan program pembelian obligasi dan peluang pengetatan stimulus dalam waktu dekat semakin kecil.

Brent untuk pembayaran Desember naik US$2,68 pada akhir sesi perdagangan menjadi US$109,61 per barel di bursa London. Volume kontrak 13% lebih tinggi dari rata-rata 100 hari. Sementara itu, selisih harga minyak acuan Eropa itu tercatat US$10,93 terhadap WTI atau  naik dari US$9,08 pada  25 Oktober. 

WTI untuk pengiriman Desember naik 83 sen menjadi US$98,68 per barel di bursa New York Mercantile Exchange. Kontrak menyentuh US$95.95 pada 24 Oktober dan volume seluruh kontrak tercatat 26% di bawah rata-rata 100 hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nurbaiti
Terkini