Bisnis.com, JAKARTA - Potensi lini bisnis perbankan wealth management di Indonesia diproyeksi semakin menjanjikan. Namun, minimnya kesadaran dan edukasi kepada masyarakat masih menjadi penghambat utama.
"Secara nominal dana kelolaan wealth management perbankan memang meningkat, tapi nasabahnya itu-itu saja. Oleh karena itu, dibutuhkan edukasi dan pemahaman risiko," ujar Senior Vice President & Head of Wealth Management HSBC Indonesia Steven Suryana hari ini, Kamis (7/11/2013).
Berdasarkan hasil survei HSBC Indonesia, akibat minimnya edukasi, sebanyak 60%-80% masyarakat Indonesia masih menempatkan aset dalam produk perbankan konvnsional seperti deposito dan tabungan.
Tak hanya itu, survei mencatat, 49% nasabah dengan nilai aset di atas Rp500 juta cenderung meningkatkan deposito dan tabungan mereka. Untuk produk wealth management yang paling banyak digunakan nasabah Indonesia yakni deposito baik rupiah maupun valuta asing, saham, dan properti.
Akibat edukasi yang minim, hasil survei lainnya menunjukkan penetrasi produk wealth manegement masih rendah. Sebagai contoh, penetrasi pasar saham dibandingkan PDB Indonesia pada tahun lalu masih di bawah 50%, yakni 48% sementara Singapura 224% dan Malaysia 151%.
Untuk reksadana, jumlah nasabahnya masih tercatat 161.000 orang, kalah jauh jika dibandingkan dengan Thailand 2,5 juta nasabah dan Malaysia 15 juta nasabah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel